"Potensi kecurangan sistematis nampak juga dari Jejak DPT (red. daftar pemilih tetap) ganda yang tidak serius dimutakhirkan oleh KPU hingga mencapai 10 juta pemilih, atau setara 5% DPT pilpres di 26 Dapil dibiarkan menjadi bom waktu di Pulau Jawa. Bayangkan, sebuah contoh salah satu Kabupaten di Jatim DPT nya melebihi DAK2 (data agregat kependudukan)," ujar Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti, Fahmi Habsyi, dalam perbincangannya dengan wartawan di Jakarta, Selasa (8/7/2014).
Fahmi menambahkan, artinya tidak usah kaget jika seorang bayi dan orang yang sudah meninggal masuk sebagai DPT. "Kemungkinan juga nama-nama fiktif dilingkungan tetangga Anda seperti pocong, gendurowo bermunculan di DPT yang berpeluang dimanfaatkan 'tuyul-tuyul demokrasi' untuk mencurangi yang melibatkan aparat birokrasi daerah dan penyelenggara pemilu di daerah," ucap Fahmi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya khawatir 'people power' ini bukan ditujukan kepada KPU atau capres , tapi kepada pemerintahan SBY yang dianggap membiarkan kecurangan terjadi dan tutup mata, karena partai yang dipimpinnya telah memutuskan mendukung pasangan capres yang berpasangan dengan besannya sendiri. Jika alam sudah mendukung, sekelas Soeharto pun tumbang sebelum waktunya.Semoga ini tidak terjadi karena kita semua cinta demokrasi," pungkas tutur sastrawan muda ini.
(fiq/vid)











































