Thoriq menerangkan Hari Santri Nasional sudah diperjuangkan sejak 2009 lalu. Bahkan, Ketua PBNU Said Aqil Siradj ikut membubuhkan dukungannya.
Dalam surat rekomendasi Nomor 2548/A.II.03/10/2012 dikeluarkan 15 November 2012 di Jember, Jawa Timur. Said, kata Thoriq, menyatakan dukungannya dan menyetujui 1 Muharam ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Thoriq menambahkan, para ulama besar lainnya juga ikut memberikan dukungannya, termasuk KH Maimun Zubair. "Sebenarnya kami menginginkan Gus Dur saat itu segera meresmikan. Namun, beliau wafat terlebih dulu," imbuh alumni Ponpes Sidogiri, Pasuruan, ini.
Dia mengungkapkan, Hari Santri digagas berdasarkan hasil musyawarah dan istikharah para ulama. Bukan semata kepentingan kelompok. "Kami ingin santri yang sebenarnya santri. Lahir dari serambi masjid dan orang yang menimba ilmu agama Islam," ungkapnya.
Dia mengaku, perjuangan melahirkan santri harus menyeretnya ke dunia politik. Padahal, kondisi itu tidak pernah diinginkan. "Kami jadi terjebak politik. Karena perjuangan ini. Padahal kami tak ingin berpolitik, apa untungnya malah rugi," aku dia.
Dalam kesempatan itu, Gus Thoriq juga menyayangkan adanya statemen dari Fahri Hamzah yang menganggap 'sinting' komitmen capres Joko Widodo. Padahal, keinginan dirinya dan para santri kedua belah mengapresiasi ide ataupun usulan para santri.
Bukan malah membuat santri dan umat Islam terpecah belah. "Kami inginkan adanya kerukunan dengan lahirnya Hari Santri. Dan juga semestinya pihak lain mengapresiasi, bukan malah mencela," tegasnya.
Ditanya komitmen Jokowi terkait penetapan Hari Santri Nasional, jika terpilih menjadi presiden? Gus Thoriq tak meragukannya. Sebab, dirinya tak memiliki kontrak politik dengan meminta Jokowi menyetujui kelahiran Hari Santri Nasional.
"Saya rasa Jokowi tidak akan membohongi. Kami yakin akan dicanangkan. Dan jika pada 20 Oktober 2014 dilantik lima hari ke depannya 1 Muharram 1436 Hijriah bisa diresmikan sebagai Hari Santri Nasional, " ujarnya.
Dia mengimbau kepada seluruh santri dan umat Islam tetap menjalin kerukunan, bukan terpecah belah karena terjebak pro kontra Hari Santri Nasional. "Kita harus tetap rukun, ini perjuangan seluruh santri dan umat Islam di Indonesia," tutupnya.
(trq/trq)