Fourth of July dan Kembang Api untuk Abraham Lincoln

Laporan dari Washington DC:

Fourth of July dan Kembang Api untuk Abraham Lincoln

- detikNews
Sabtu, 05 Jul 2014 14:21 WIB
Jakarta - Sore sudah jelang saat saya tiba di kawasan National Mall, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (4/7/2014). Hari itu adalah perayaan ulang tahun ke-238 kemerdekaan Amerika Serikat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, puluhan ribu orang menyemut memadati kawasan National Mall untuk menyaksikan peluncuran kembang api β€” sebuah tradisi yang muasalnya bisa dilacak hingga era generasi awal founding fathers negara Amerika Serikat.

Luncuran kembang api dimulai pukul 21.15 waktu setempat, hanya sekitar setengah jam setelah matahari terbenam. Saat luncuran pertama dilakukan, langit masih sedikit terang oleh sisa cahaya matahari yang belum sepenuhnya surut. Namun hal itu tidak mengurangi keindahan warna-
warni cahaya kembang api yang meluncur dari tepian kolam di depan Lincoln Memorial β€”tempat patung Abraham Lincoln setinggi 14 kaki duduk dengan megah di atas kursi kebesarannyaβ€” dan melesat ke langit di atas Reflection Pool.

Gema tepuk tangan puluhan ribu orang membahana mengiringi bunyi ledakan. Lengkingan suara kembang api saat merayap naik serupa meteor bersahutan dengan suara tepuk tangan dan teriakan gembira orang-orang. Langit di atas Reflecting Pool menjadi benderang oleh kilatan warna-warni kembang api yang menyebar ke segala arah. Ada kalanya percikan itu membentuk formasi sedemikian rupa: kubus, bintang, atau simbol senyuman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama 17 menit mata saya dimanjakan oleh pijar-pijar di langit yang menyisakan gumpalan asap serupa awan. Selama itu pula tepuk tangan berulang kali membahana. Alam raya seolah menjadi satu dengan manusia, ingin turut mengecap kebebasan yang dijanjikan oleh kemerdekaan.

Fourth of July, bagi warga Amerika, adalah pengingat bagi perjuangan mereka memerdekakan diri dari Inggris. Namun ingatan itu dibalut oleh lupa, karena sejatinya deklarasi kemerdekaan dilakukan pada 2 Juli 1776. Sementara 4 Juli 1776 adalah tanggal disetujuinya naskah dokumen Declaration of Independence oleh Continental Congress.

John Adams, salah satu pendiri Amerika Serikat yang di kemudian hari akan menjadi Presiden ke-2, pernah menulis kepada istrinya, Abigail, pada 3 Juli 1776.

β€œTanggal 2 Juli 1776 akan menjadi momen yang paling diingat dalam sejarah Amerika.”

Namun, seperti kita tahu, John Adams salah. Hanya satu tahun kemudian, Congress sudah tidak mengingat tanggal 2 Juli sebagai hari yang bersejarah itu. Atau lebih tepatnya, ingatan mereka datang terlambat, sehingga akhirnya tanggal 4 Juli dipilih sebagai hari peringatan berikutnya.

Selain persoalan tanggal, perayaan ini juga mengandung cacat yang lebih serius. Pada saat dideklarasikan, kemerdekaan itu belum dimiliki oleh semua warga Amerika. Mereka yang berkulit hitam tidak turut mengecapnya lantaran masih adanya perbudakan. Saat itu, bagi para budak, kemerdekaan Amerika tidak bermakna apa-apa.

Konon, Thomas Jafferson, sang perumus naskah Declaration of Independence, telah memasukkan penghapusan perbudakan pada draf yang dia buat. Namun delegasi dari kawasan selatan Amerika tidak setuju dengan konsep tersebut. Perdebatan pun memanas, hingga akhirnya Jafferson mengalah dan menghilangkan poin tentang anti-perbudakan.

Maka tak heran jika hingga 76 tahun kemudian, matra merdu β€œall men are created equal” yang dipercayai sebagai kebenaran tak terbantahkan dalam Deklarasi Kemerdekaan masih mendapatkan serangan telak. β€œWhat to the American slave is your Fourth of July?” demikian teriakan pedih seorang aktivis anti-perbudakan, Frederick Douglass, dalam pidatonya di tahun 1852. Saat itu, meminjam isitlah masyhur dari George Orwell dalam Animal Farm, yang terjadi adalah β€œall men are equal, but some men are more equal than others.”

Baru kurang lebih satu dekade kemudian, angin segar mulai bertiup bagi para budak ketika seorang Abraham Lincoln menjadi presiden. Lincoln berjasa besar dalam menghapuskan perbudakan di Amerika Serikat, selain juga berhasil memimpin negara itu melewati masa sulit Perang Sipil yang hampir memecah belah Amerika. Bagi warga Amerika, Lincoln barangkali adalah presiden yang paling diagungkan sepanjang sejarah negara itu.

Malam itu, saat saya melihat sekeliling, tidak sedikit orang kulit hitam yang turut menyemarakkan kembang api dengan tepuk tangan. Mereka berteriak dan bersorak, menikmati kebebasan yang dulu belum mereka rasakan saat kemerdekaan Amerika dideklarasikan. Jika ada orang yang paling berjasa untuk itu semua, Lincoln lah orangnya.

Dan β€œdia” ada di sana, duduk termenung sendirian di balik deretan tiang putih yang berjejer memagarinya serupa Pantheon. Dari tempat saya berdiri, patung Lincoln kelihatan samar-samar. Saya jadi berpikir, percikan kembang api yang indah itu barangkali sengaja disuguhkan untuknya.

(bil/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads