Pendapatan dari tiket penumpang tidak mencukupi untuk menutup biaya operasional. PT KAI menganggap proyek railbus tersebut sebagai proyek gagal yang dibuat tanpa perencanaan matang.
"Kalau tidak ada PSO (public service obligations -red) ya tiketnya harus dijual dengan harga normal. Kalau harga normal mahal sekali Rp. 30 ribu hingga Rp 40 ribu per seat. Apa laku?", ujar Dirut PT KAI, Ignasius Jonan, kepada wartawan di Solo, Sabtu (5/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba deh tanya yang bikin, kenapa dulu ada railbus. Dulu itu bikinnya dipikir apa nggak operasinya? Tanyakan yang bikin. Waktu itu saya belum adadi PT KAI," kata Jonan.
PT KAI menghentikan operasional railbus Batara Kresna karena biaya operasinal yang mahal. Menurut Manager Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Bambang S Prayitno, satu rangkaian railbus hanya 75 seat. Jika dijalankan tanpa PSO maka beban per seat menjadi mahal.
Railbus Batara Kresna diresmikan pada Juli 2011 melayani penumpang Solo - Sukoharjo - Wonogiri dengan menempuh jarak sekitar 33 km. Pengadaan KA buatan PT Inka Madiun tersebut memakan biaya Rp 16 miliar melalui DIPA dalam dua tahap yaitu tahap pertama di tahun 2009 dan tahap kedua di tahun 2010.
Namun belum lama beroperasi, KA tersebut mengalami kendala teknis pada tahun 2012. Saat itu disebutkan mengalami problem pada generator sehinga harus dikirim kembali ke PT INKA untuk perbaikan. Sejak itu KA tersebut tidak pernah beroperasi lagi hingga ada kepastian dari PT KAI bahwa kereta tersebut tidak akan dioperasikan lagi.
(mbr/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini