"Terorisme itu adalah anak kandung dari radikalisme-radikalisme yang dilakukan kelompok ini. Mereka melakukan di berbagai tingkat level masyarakat kita seperti lingkungan pendidikan, ibadah dan belakangan ini marak terjadi di kampus serta sekolah-sekolah umum," ujar Kepala BNPT Ansyaad Mbai, dalam konfrensi pers pertemuan rektor perguruan tinggi agama islam di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2014).
Belakangan ini dalam pertemuan diskusi dengan forum Purek III se-Jabodetabek. Ansyad mendapati beragam keluhan serangan ideologi radikalisme Islam di lingkungan perguruan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan proses radikaliasi itu dilakukan dalam penyebaran Paham takfir dan tafikiri. Hal itu sebagai ciri utama teroris. "Proses radikalisasi ini terjadi ada 2 faktor paling substansi disitu yaitu penyebaran faham takfir atau tafikiri dan yang kedua mereka menanamkan faham jihad yang ekstrim,"
Menurutnya indikasi itu dilihat dari pelaku teroris dari kalangan perguruan tinggi. Seperti penangkapan teroris di bandung.
"Ada berapa banyak terjaring dari perguruan tinggi untuk angka pasti tidak tahu. Sebagai contoh penangkapan dibandung, Cibiru. Kelompok Cibiru terdapat 5 pelaku yang berhasil ditangkap dan mereka telah mempersiapkan bom. Jika dilihat dari latar belakang mereka berasal daru jurusan kimia dan sekarang sudah dipenjara mungkin hampir bebas," kata Ansyaad.
Ansyaad mengatakan dalam beberapa tahun terakhir. Densus 88 juga berhasil menangkap dua pelaku teroris dari kalangan perguruan tinggi.
"Saya tidak ingat di daerah mana itu saya kira kalian lebih tahu karena kalian yang beritakan. Dalam beberapa kasus pelaku teroris selalu menggunakan komplek perguruan tinggi untuk bersembunyi, mereka juga melakukan proses radikaliasi di lingkungan kampus," ungkapnya.
(edo/rvk)











































