Seperti Waiomys mamasae atau tikus air karnivora yang ditemukan oleh peneliti Indonesia bersama peneliti dari Australia dan Amerika Serikat. Tikus air itu tak memiliki kesamaan genetika dengan spesies tikus manapun, sehingga mamalia pengerat ini masuk level genus baru.
"Tidak hanya tikus, masih banyak spesies hewan lainnya yang belum kita ketahui atau spesies baru," kata peneliti LIPI Anang Achmadi di Puslitbang Biologi LIPI, Jl Raya.Bogor KM 46, Cibinong, Jawa Barat, Jumat (4/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang sudah dipublikasi dua jenis, tikus ompong tahun 2012 lalu dan tikus air karnivora. Total jenis barunya ada 5, kita temukan di Jawa dan Kalimantan juga. 3 Tikus jenis baru lainnya akan segera kita publikasikan," kata Anang.
"Dari sisi hewan mungkin tidak menarik bagi masyarakat dan pemerintah. Tapi dari konservasi itu, indikasi ada something hidden in our deep forest," tambahnya.
Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Museum Biologi LIPI Rosichon. Tak hanya tikus, spesies baru atau bahkan genus baru juga ditemukan di beberapa jenis hewan lainnya.
"Kita ada temuan spesies baru itu mulai dari ikan sampai kodok dan kadal juga. Ditemukannya di hutan Indonesia," kata Rosichon melalui sambungan telepon.
Namun penemuan spesies-spesies baru ini bukan tanpa ancaman. Ada ancaman yang sangat besar terhadap habitat spesies-spesies misterius itu di Indonesia. Mulai dari pembakaran hutan, pembukaan lahan perkebunan hingga pembalakan liar.
"Ancamannya sangat besar sekali. Hutan itu betul-betul penting karena masih ada kemungkinan spesies baru lainnya, khususnya serangga. Penemuan spesies baru sangat besar potensinya, tapi ancaman pengerusakan hutan juga sangat besar," kata Anang kembali.
Anang menceritakan ketika ia ke hutan tropis di Mamasa, Sulawesi Barat, sebelum menemukan tikus air, ia sempat bertemu sejumlah penebang liar. "Beberapa kali kita di Sulawesi, tingkat kerusakannya tinggi sekali, tapi tidak lebih buruk dari Sumatera dan Kalimantan," tutupnya.
(vid/ndr)