Nanang lahir di Tasikmalaya, 6 Agustus 1948. Dirut PT Al Ma'soem tersebut memiliki istri dan lima orang anak. Dia pernah menimba ilmu di SDN Bojongloa Rancaekek, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 4 Bandung, SMAN 2 Bandung, hingga berkuliah dan mengambil master di Universitas Padjadjaran.
Sejak lulus, Nanang membantu bisnis ayahnya yang bergerak di bidang pendidikan dan bahan bakar minyak. Dia juga menjadi staf pengajar di Unpad dan menjadi ketua yayasan pendidikan Al Ma'soem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita soal Haji Ma'soem juga tak kalah menginspirasi. Berawal dari berdagang kerbau, yang dia jual dengan berjalan kaki. Hingga akhirnya dia berdagang kerajinan di Cipacing. Usahanya kemudian berlanjut di Pasar Dangdeur, Rancaekek. Di sana, dia berdagang minyak tanah sebanyak 20 liter per hari. Usahanya terus maju hingga jadi agen.
Lalu, bisnis Ma'soem beralih dengan membuat pom bensin. Kemudian berkembang ke armada angkutan dan pabrik tenun. Bisnis Haji Ma'soem lebih berkembang setelah anaknya mengusulkan agar dibuat PT.
Haji Ma'soem wafat pada 30 Desember 2001, setelah salat isya. Dadanya tiba-tiba sesak, dan tak lama kemudian meninggal dunia. Saat pemakaman, jenazahnya diestafetkan hingga pemakaman.
Berselang 13 tahun kemudian, anak sulungnya meninggal dunia. Nanang menghembuskan nafas terakhir setelah memberi salam dua jari dan berada di pangkuan Jokowi. Dia meninggal dunia dalam keadaan tersenyum bahagia. Sama dengan sang ayah, Nanang juga diestafet hingga liang lahat.
(bbn/mad)