Mengacu pada hasil pemilihan anggota legislatif April lalu, maka gabungan 6 partai pengusung Prabowo-Hatta memiliki kekuatan 46,33 persen suara.
Senin (30/6/2014) kemarin Partai Demokrat menyatakan dukungan untuk duet yang diusung koalisi Merah Putih itu. Dengan bergabungnya partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu, maka kekuatan pengusung Prabowo-Hatta bertambah menjadi 56,52 persen.
Sementara koalisi pendukung capres dan cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla menghasilkan kekuatan masing-masing; PDI Perjuangan (18,95 persen), Partai Nasional Demokrat (6,7 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (9,04 persen), dan Partai Hanura (5,26). Gabungan empat partai ini menghasilkan kekuatan suara 39,32.
Setelah didukung Partai Demokrat, bagaimana peluang Prabowo memenangkan pemilihan presiden?
Survei Indo Barometer yang dirilis pada Minggu, menunjukkan Prabowo-Hatta memiliki elektabilitas 42,9%, dan Jokowi-JK 45,3%. Dalam waktu 3 pekan elektabilitas Prabowo-Hatta naik 6,1 persen, sementara Jokowi-JK justru turun 3,9 persen.
Selisih suara Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK yang tadinya 13,5% sekarang menjadi 3,4% saja. Survei angka elektabilitas dilakukan sebelum Partai Demokrat bergabung ke kubu Prabowo-Hatta.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan angka elektabilitas Prabowo-Hatta bisa bertambah lagi setelah Partai Demokrat resmi bergabung. "Angka (elektabilitas Prabowo) bisa meningkat karena mesin politik Partai Demokrat akan bekerja maksimal setelah ada instruksi resmi dari DPP," kata dia saat berbincang dengan detikcom, Selasa (1/7/2014).
Menurut Qodari sebelum Demokrat bergabung, pasangan Prabowo-Hatta sudah mendapatkan pengaruh SBY effect. Calon pemilih yang puas dengan kinerja SBY cenderung memilih Prabowo-Hatta. Sebaliknya calon pemilih yang tak puas dengan kinerja Ketua Umum Partai Demokrat itu memilih duet Jokowi-JK.
Setelah Demokrat mendukung, apakah Prabowo akan mengalahkan Jokowi?
(erd/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini