Mengenal Karl Marx, Bapak Komunis yang Diziarahi Fadli Zon

Mengenal Karl Marx, Bapak Komunis yang Diziarahi Fadli Zon

- detikNews
Jumat, 27 Jun 2014 14:28 WIB
Jakarta - Foto ziarah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon ke makam Karl Marx menjadi perbincangan di jejaring sosial internet. Lalu siapakah sebenarnya Karl Marx yang sering diidentikkan dengan ideologi komunisme?

Karl Heinrich Marx merupakan filsuf Jerman keturunan Yahudi yang lahir di Trier, Kerajaan Prusia (sekarang Jerman) pada 5 Mei 1818. Dikutip dari berbagai sumber, Marx terlahir dari ayah keturunan rabi Yahudi. Namun pada akhirnya Marx sendiri lebih cenderung mengamini filsuf Jerman Ludwig Feurbach, dan menyimpulkan agama sebagai candu masyarakat.

Doktor Filsafat dari Universitas Berlin ini juga pernah menjadi jurnalis koran radikal Rheinische Zeitung. Bahkan dia pernah menjadi kontributor The New York Daily Tribune. Dia hidup berpindah-pindah, sebelum akhirnya ke Inggris, negara asal sahabatnya yakni Fredrich Engels yang menopang kebutuhan keuangan Marx.

Marx menikah dengan Jenny von Westphalen, yang sudah dikenalnya saat muda. Mereka dikaruniai tujuh anak, namun lantaran kemiskinan yang melanda keluarganya ketika di London, hanya ada tiga anak yang bisa bertahan hidup hingga dewasa. Marx meninggal pada umur 64 tahun dan dimakamkan di High Gate Cemetery, London.

Karya-karyanya memang menjadi rujukan utama kaum sosialis di seluruh dunia. Sejumlah karya monumentalnya antara lain adalah Manifest der Kommunistischen Partei (Manifesto Komunis) dan Das Kapital.

Lantas bagaimana ceritanya Marx bisa dianggap sebagai bapak komunis? Marx sendiri sebenarnya menggunakan istilah 'komunisme' dan 'sosialisme' secara bergantian. Memang banyak pula pemikir sosialis yang lebih dulu daripada Marx, namun Marx menyatakan dirinya berbeda dari para pendahulunya. Marx menyebut pemikirannya sebagai sosialisme ilmiah.

Sosialisme dia maknai sebagai paham yang berakar dari realitas ekonomi dan sosial yang nyata, bukan sebagai ajaran moral belaka. Maka pemikiran Marx pada tahap-tahap lanjut terkesan lebih seperti kajian ekonomi dan sosiologis daripada filosofis.

Menurutnya, akar kejahatan sosial adalah kepemilikan pribadi. Akumulasi modal yang terpusat pada kelas tertentu akan berakibat pada penindasan kelas yang terhisap. Jika ketidakadilan semakin memuncak, disertai kondisi-kondisi yang mensyaratkannya, maka saat itulah revolusi telah matang. Kelas proletar yang tertindas diharapkan bisa mengambil alih kepemilikan alat-alat produksi menjadi kepemilikan bersama.

Tentu saja, revolusi dan penciptaan masyarakat tanpa kelas menuai banyak tafsiran. Maka paham-paham selanjutnya terus saja berkembang, meneruskan, merevisi, dan melengkapi konsep sosialisme-komunisme sepeninggal sang bapak sosialisme ilmiah itu. Istilah Marxisme sering diatribusikan kepada para penganut gagasan Marx.

Soal Revolusi Mental

Lantas apa pula itu 'revolusi mental' yang sering terdengar dilontarkan capres Joko Widodo akhir-akhir ini? Fadli Zon sendiri pernah menilai, konsep revolusi mental lekat dengan konsep Marx. Disebut Fadli, terminologi 'revolusi mental' ada dalam karya Marx berjudul The Eighteenth Brumaire of Louis Napoleon (Der 18te Brumaire des Louis Napoleon) yang muncul pertama tahun 1851.

Kata pengantar untuk edisi kedua tahun 1869 pada The Eighteenth Brumaire mencantumkan istilah revolusi mental. Istilah itu muncul dalam konteks suasana sosial-politik di Eropa waktu itu.

"Subsequently, and especially in the past few years, French literature has made an end of the Napoleon legend with the weapons of historical research, criticism, satire, and wit. Outside France, this violent breach with the traditional popular belief, this tremendous mental revolution, has been little noticed and still less understood," tulis Marx.

Namun demikian anggota Tim Pengalangan Tim Pemenangan Jokowi-JK, Budiman Sudjatmiko, menyatakan konsep revolusi mental bukanlah konsep Marx. Salah satu pendiri dan mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini menyatakan konsep revolusi yang digagas Marx adalah revolusi sosial.

"Revolusi mental itu bukan konsepnya Marx, Marx itu revolusi sosial," kata Budiman kepada detikcom, Jumat (27/6/2014).
Antropolog UI Bachtiar Alam PhD yang juga dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, melalui surat elektronik kepada detikcom, Jumat (27/6/2014) juga tak sependapat dengan Fadli Zon.

Menurut Bachtiar, revolusi mental adalah konsep Mahatma Gandhi, bukan komunis. Pernyataan Fadli Zon perlu diluruskan karena konsep tersebut menduduki posisi penting dalam pemikiran Mahatma Gandhi, seorang pejuang kemanusiaan terkemuka abad ke-20 yang dikagumi KH Abudurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden RI ke-4.
(dnu/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads