Mereka pun belum yakin para PSK dari Dolly itu akan masuk ke Yogya, terutama di Sarkem. Namun apabila masuk atau ditampung di jaringan germo/mucikari tertentu secara diam-diam yang beroperasi di Yogyakarta dan sekitarnya kemungkinan bisa terjadi.
"Kalau masuk ke sini (Sarkem-red) saya belum yakin karena Dolly dan Sarkem berbeda," kata Merry (34) salah satu PSK yang biasa mangkal di Sarkem.
Menurut dia, PSK Dolly di Surabaya sudah biasanya memasang tarif tinggi setiap kali kencan dengan pelanggan atau tarifnya lebih tinggi dari Sarkem. Mereka justru akan lari ke wilayah lain seperti Bali, Kalimantan Timur atau Kalimantan Barat.
"Mereka tarifnya sudah tinggi di atas Rp 300 ribu sekali main. Kalau ke sini dengan tarif di bawah itu kayaknya tidak akan mau, kecuali kepepet," katanya.
Dia mengatakan PSK yang berumur sudah tua di atas umur 35 tahun pasti lebih memilih menetap dibandingkan yang muda-muda di bawah 30 tahun. Sebab yang sudah tua pasti sudah punya tanggungan anak atau keluarga.
"Yang masih muda bisa ke manan-mana nyari pelanggan. Tidak hanya di sini, bisa di diskotik atau di salon plus-plus. Kalau saya ya di Sarkem saja nyari makannya," kata Merry janda dua anak asal magelang Jawa Tengah itu.
Berdasarkan pengalaman dan cerita teman-teman sesama PSK kata dia, dari lebih dari 200-an PSK di Sarkem yang berasal dari Jawa Timur seperti Surabaya, Malang, Banyuwangi, Blitar tidak banyak. Namun kalau dari Jawa Timur yang berdekatan dengan Jawa Tengah ada beberapa orang.
"Yang dari Jawa Timur tidak banyak. Di sini paling banyak dari Jawa Tengah yang paling banyak. Jawa Timur dan Jawa Barat ada tapi tidak banyak. Yang tinggal di Sarkem rata-rata sudah benar-benar menyatu tinggal dengan masyarakat di kampung sini atau sudah saling kenal," katanya.
Merry yang bernama asli Sumarsih itu kos tidak jauh dari kawasan Sarkem. Dia mengaku seminggu sekali pulang ke rumah. Keluarganya tidak ada yang tahu pekerjaannya di Yogya. Dia hanya mengaku kerja di sebuah rumah makan.
"Anak saya titipkan ke nenek. Tiap seminggu sekali balik. Yang penting ada uang untuk keluarga di rumah," katanya.
Hal senada juga dikatakan PSK lainnya yang sering dipanggil Lilis itu mengungkapkan berdasarkan pengalamannya tidak banyak PSK asal Surabaya yang berada di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dia mengaku selama bekerja menjadi di PSK di Yogya, Bandungan dan Solo tidak banyak yang berasal dari Jawa Timur. Namun yang berasal dari Pantura Jawa Tengah justru lebih banyak.
"Kalau mereka akan jadi PSK lagi pasti milih ke luar pulau Jawa yang tarifnya bisa lebih tinggi," katanya.
Dirinya dan beberapa PSK lainnya tidak terlalu mempermasalahkan bila ada PSK dari Dolly atau daerah lain yang akan masuk ke Sarkem. Sebab selama ini yang ada banyak PSK dari daerah lain yang keluar masuk di Sarkem.
"Mereka kan juga cari makan di sini, asal tidak menganggu atau bikin masalah dengan warga atau sesama PSK ya tidak masalah. Kalau di sini pengurus kampung dan warga sudah baik hubungannya. Ada pembinaan juga dari beberapa LSM dan dari kampung di tiap minggu sekali," kata Lily yang asli dari Pantura Jawa Tengah itu.
(bgs/aan)