Banyak pihak yang menilai KIS dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sama. Hal ini karena prinsip 'berobat gratis' yang diterapkan KIS sudah dilakukan pemerintah pusat melalui JKN milik BPJS Kesehatan.
Dalam diskusi dengan tokoh senior Muhammadiyah di Solo, Jumat (20/6/2014), Jokowi menjelaskan bahwa memang konsep KIS dan JKN sama. Namun, karena KIS sudah lebih dulu diujicoba di Solo dan Jakarta (dalam bentuk Kartu Jakarta Sehat), ia percaya diri menyebut ini produknya sudah bagus dan siap diterapkan.
"BPJS jadi itu kan badan, yang saya tawarkan ini programnya, sistemnya. Di Solo udah, di Jakarta udah dan evaluasinya banyak sekali. Kita udah ngerti sekali. Jadi ini udah baik. Ini sistemnya karena kita sudah punya koreksi-koreksi," ujar Jokowi.
KJS memang menjadi proyek percontohan sebelum JKN diterapkan 1 Januari lalu. Bedanya, premi KJS lebih besar yakni Rp 23 ribu daripada Askes yang saat itu masih Rp 17 ribu.
Saat itu, segala evaluasi KJS menjadi bahan untuk perbaikan JKN. Jokowi bercerita bila diawal merintis KJS, ia mengalami banyak kesulitan.
"Dulu 6 bulan pertama, ruwetnya setengah mati. Sistemnya yang keliru itu, ada rakyat sakit nggak diurus," ujarnya.
Meski masih banyak cacat, keberadaan KJS diakui warga Jakarta yang kurang mampu sangat membantu. Akses ke rumah sakit menjadi lebih mudah dan banyak perawatan yang gratis.
"Saya ke kampung-kampung ya permasalahnya itu (akses kesehatan). Kita ingin berbuat karena fakta di lapangan," ucapnya.
(bil/mpr)