Nama Amri Yahya Diusulkan Menjadi Nama Jalan di Palembang

Nama Amri Yahya Diusulkan Menjadi Nama Jalan di Palembang

- detikNews
Rabu, 22 Des 2004 23:22 WIB
Lampung - Sebagai penghargaan terhadap pelukis batik kontemporer Prof. Dr. (HC) H Amri Yahya, sejumlah seniman Palembang melalui Dewan Kesenian Sumsel (DKSS) mengusulkan nama seniman itu diabadikan menjadi nama sebuah jalan."Gagasan ini muncul dalam diskusi seusai melakukan doa bersama untuk almarhum Amri Yahya, semalam (21/12/2004) di aula pertemuan DKSS," kata Suharno Manaf, pengurus Dewan Kesenian Sumsel, kepada detikcom, melalui telepon, di kantornya, Jalan Kapten A. Rivai Palembang, Rabu (22/12/2004).Alasan usulan tersebut, karena sebagai seniman Amri Yahya telah mengharumkan nama Palembang dan Indonesia. "Beliau juga telah menyumbangkan banyak pemikiran dan karya buat Sumsel," kata Suharno.Dan, yang terpenting, selama ini belum ada satu pun nama seniman yang dijadikan nama jalan di Palembang. Selain diusulkan menjadi nama jalan, Amri Yahya juga diusulkan menjadi nama galeri serupa di Pusat Kebudayaan Sriwijaya di Jakabaring.Dan, dalam memperingati 100 hari meninggalnya Amri Yahya, para seniman Sumsel juga berencana menggelar pesta kesenian. Nantinya, hasil pesta kesenian tersebut akan disumbangkan untuk melengkapi galeri senirupa Amri Yahya yang terbakar beberapa waktu lalu."Usulan nama jalan, nama galeri, dan pesta kesenian itu akan kami usulkan ke Gubernur Sumsel dan Dewan Sumsel," kata Suharno.Almarhum Amri Yahya lahir di Ogan Ilir, Palembang, 29 September 1939. Dia meninggal pada usia 65 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri, Ny Soed Sri Susanti, empat anak, dan lima cucu (satu meninggal). Keempat anak almarhum, yaitu Emi Palupi, Adi Prastyo, Yunipan Nuryogyananto, dan Feriko Asha.Almarhum meninggal pada Minggu (19/12), pukul 11.30 di ICU Rumah Sakit Umum Dr Sardjito Yogyakarta setelah dirawat lebih dari dua bulan karena komplikasi diabetes, darah tinggi, dan penyakit jantung. Selama dalam perawatan Rumah Sakit Dr Sardjito juga pernah dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura.Semasa hidupnya, Amri Yahya selain sebagai guru besar Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta juga dikenal sebagai pelopor kaligrafi lukis islami (KLI) dan pendobrak batik painting.Hal itu membuat semasa hidupnya dia dikenal sebagai pelukis batik dan pelukis yang setia mengangkat isu keanekaragaman hayati bumi Indonesia. Dalam melukis kaligrafi di cenderung memilih jenis tsuluts dan naskhi karena keduanya dirasakan lebih mudah dibaca, selain juga sejalan dengan goresan yang dianutnya. Almarhum selain sebagai seorang seniman lukis dan budayawan, juga anggota kehormatan International Association of Art (IAA) UNESCO.Selama hidupnya, almarhum pernah berpameran baik tunggal maupun bersama di hampir semua kota penting di lima benua. Mulai dari Australia (1957), berlanjut ke Asia, Eropa, dan Amerika, termasuk keliling kawasan Timur Tengah (1976-1979 dan 1985).Berkat pengalaman dan kepiawaiannya dalam melukis, berbagai karyanya banyak disimpan dan dikoleksi perorangan, pejabat negara serta lembaga di dalam dan luar negeri. Lukisan almarhum misalnya menghiasi Istana Presiden RI, Museum Nasional, Istana Brunai Darussalam, Museum Nasional Syiria, Istana Pilipina, dan institut-institut resmi di negara-negara lain. (dni/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads