.webp)
"Prabowo bukan diktator, beliau adalah orang yang ramah, dan bisa bersahabat dengan siapa saja. Bahkan, dia adalah orang militer yang menjunjung tinggi supremasi sipil," kata Andre dalam siaran pers, Rabu (11/6/2014).
Saat kerusuhan Mei 1998 menjelang runtuhnya era Soeharto, menurut Andre, Prabowo punya kesempatan untuk melakukan kudeta militer. Namun Prabowo tak melakukan itu.
"Saat itu, dia telah teruji sebagai negarawan besar, yang mampu meredam ambisi pribadi, demi negara. Tentara yang melaksanakan Sapta Marga dan menjunjung tinggi Konstitusi. Berbeda dengan Jokowi yang berambisi dan rela meninggalkan Jakarta dan melupakan orang-orang yang membantunya dari Solo ke Jakarta," kata Andre.
Menurut Andre, sejarah telah membuktikan kalau Prabowo bukan diktator yang ambisius seperti isu yang digulirkan saat ini. Andre memuji Prabowo sebagai tokoh yang menjunjung tinggi demokrasi di Indonesia.
"Saat itu, sebagai Pangkostrad, dia memiliki 23 bataliyon, mempunyai relasi dgn Kopassus, pertemanan yang baik dengan marinir dan para Pangdam. Kalau ingin mengkudeta, hal itu tak sulit dilakukan bagi Prabowo," ujarnya.
"Karena itulah, Pak Prabowo tak kehilangan kharismanya di dunia militer. Beliau begitu dicintai oleh mantan Prajurit dan Pasukannya. Hal ini terbukti dengan perolehan suara Partai Gerindra yang mencapai 90 persen di Asrama- asrama Kopassus," pujinya lagi.
Andre yakin sekali capres pilihannya itu bakal menang di Pilpres 2014. "Kami tak heran, ketika elektabilitasnya terus meningkat dan tak akan terbendung dengan banyaknya isu-isu yang dihempaskan lawan-lawan politik saat ini," pungkasnya.
(van/trq)
