Putus Asa Ekspatriat Jepang dan Berakhirnya Festival 'Ennichisai' di Blok M

Putus Asa Ekspatriat Jepang dan Berakhirnya Festival 'Ennichisai' di Blok M

- detikNews
Senin, 09 Jun 2014 12:44 WIB
Jakarta - Sejak 2010 festival tradisional Jepang digelar di Blok M, Jaksel. Ceritanya, menurut Emi Takeya, salah satu penggagas festival ini karena warga Jepang yang bekerja di Indonesia ingin memberi hiburan.

"Kami menyelenggarakan ini untuk keindahan Blok M," terang Emi saat berbincang dengan detikcom, Senin (9/6/2014).

Menurut dia niatan festival ini digelar, nantinya keuntungan yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki Blok M dan juga membangun tempat sampah. Para ekspatriat Jepang ini merasa Blok M seperti Little Tokyo, mereka ingin keindahan dan kebersihan terjaga. Tak heran kala festival digelar suasana di Blok M disulap bak seperti di Jepang.

"Tahun ini sudah ada rencana membangun beberapa tempat sampah, tapi tidak tercapai," jelas Emi.

Nah, hal yang membuat tidak tercapai ini yang menyebalkan. Ternyata ada beberapa oknum pejabat yang meminta pungli, jumlahnya lumayan besar. Alhasil uang yang semestinya untuk biaya keindahan dan kebersihan Blok M tak tercapai.

"Sudah bertahun-tahun juga jalanan di kawasan Blok M tidak diperbaiki, padahal ini untuk kepentingan bersama," urai Emi yang juga warga Jepang ini.

Pungli yang datang membuat para ekspatriat ini tak bisa maksimal menyumbang untuk Blok M. "Tidak ada lagi tahun depan. Ini padahal banyak relawan bekerja tanpa dibayar, kita kerja tanpa EO. Semua sepulang kerja bagi-bagi pekerjaan," jelas Emi.

Ennichisai digelar setiap akhir Mei. Jalanan di Blok M disulap bak little Tokyo. Mulai dari kesenian sampai aneka makanan. Ribuan orang memadati kawasan Blok M. Festival terakhir digelar akhir Mei lalu.

"Ada orang yang berkuasa, punya power. Maaf saya tidak bisa sebutkan. Kami juga sedih ini tak bisa dilaksanakan lagi," tegasnya.

Emi menuturkan, festival ini pun digelar atas dana dari sejumlah sponsor ekspatriat Jepang. Acara juga menggandeng para mahasiswa Indonesia yang tengah belajar sastra Jepang di universitas guna menampilkan budaya Jepang.

"Ada pihak yang nggak paham festival ini. Kita ingin memberi hiburan bagi masyarakat," imbuhnya.

Awalnya hanya ada puluhan stan di sini, kini semakin banyak. Namun sayang, 2015 para ekspatriat tak berkenan lagi menyelenggarakan festival ini. Mereka putus asa dengan pungli yang semakin besar padahal tak mencari profit.

"Kami juga sedih," tutup dia.

(ndr/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads