Mulai dari pemandangan dari Bukit Sikunir, Gunung Prahu, Telaga Warna, Kawah Sikidang, dan beberapa fenomena alamnya. Belum lagi di musim kemarau di Juli-Agustus di mana dinginnya Dieng bisa di bawah nol derajat yang membentuk kristal es di rerumputan.
Pada 30-31 Agustus ini digelar Dieng Culture Festival yang meliputi sejumlah acara menarik. Potong rambut anak gimbal sampai jazz atas awan, hingga menerbangkan lampion. Acara digelar di tengah dinginnya Dieng.
Tapi jangan lupakan juga aneka peninggalan bersejarah di Dieng. Mulai kompleks Candi Arjuna, Candi Bima, hingga Candi Gatot Kaca. Ada juga Candi Dwarawati yang terletak di ketinggian, dan dikelilingi kebun kentang.
Dan salah satu peninggalan yang menarik juga tersimpan di museum Dieng yang terletak tak jauh dari Kawah Sikidang. Memang jarang sekali masyarakat yang berkunjung ke Dieng mengunjungi museum. Biasanya usai dari kompleks Candi Arjuna dan kawah Sikidang mereka langsung pergi.
Seperti saat detikcom berkunjung akhir pekan lalu. Museum itu nyaris sepi, hanya ada dua satpam yang berjaga. Masyarakat seolah tak punya minat dengan temuan bersejarah ini.
"Ini dari sekitar Dieng sini. Di sini kan kalau menggali suka ada patung, batu candi, atau lingga dan yoni," jelas seorang satpam.
Aneka rupa patung itu temuan warga yang berladang di tanah Dieng, mulai dari patung Ganesha sampai patung dewa dewi. Salah satu yang menarik, patung lingga dan yoni. Di salah satu patung lingga, yang juga disebut perwujudan kelamin pria, ada bertuliskan huruf arab.
Hurup arab itu bertanda hitam. Tak diketahui apa maksud tulisan itu. Menurut sang satpam, saat ditemukan di kawasan komplek Candi Arjuna ya sudah seperti itu. Sama sekali tak ditambah atau diubah.
"Nggak tahu itu maksudnya apa, nanti saja kembali lagi kalau petugasnya pulang, sekarang sedang pergi," jelas satpam itu.
Penemuan hurup arab gundul di atas patung lingga itu memang mengundang misteri. Termasuk juga benda-benda bersejarah lainnya yang tersimpan dari abad ke 7-10 di museum sunyi di Dieng.
(fjp/ndr)