Potret Dolly Versi Mensos: Dari Problem HAM hingga Video Seks Anak

Potret Dolly Versi Mensos: Dari Problem HAM hingga Video Seks Anak

- detikNews
Kamis, 05 Jun 2014 22:26 WIB
Potret Dolly Versi Mensos: Dari Problem HAM hingga Video Seks Anak
Jakarta - Lokalisasi Dolly akan ditutup pada 18 Juni 2014. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri menyatakan penutupan lokalisasi besar di Surabaya, Jawa Timur, itu dapat menghindarkan dari segala macam penyimpangan sosial. Salim-pun 'memotret' kondisi lokalisasi Dolly.

Salim menyatakan Dolly memang harus ditutup. Ini karena lokalisasi prostitusi semacam itu merupakan tempat pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

"Sangat memprihatinkan kalau karena kemiskinan, wanita Indonesia menjual diri. Mereka harus diselamatkan. Kalau tidak diselamatkan, kita yang melanggar hak asasi manusia. Hak asasi itu termasuk hidup aman, mendapat pekerjaan yang manusiawi, bukan malah dibuka terus sampai terjadi pelanggaran HAM," tutur Salim di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (5/6/2014).

Lebih lanjut Salim menuturkan, perempuan yang melayani para lelaki di situ tidak mendapat upah yang semestinya. Jika para pekerja seks komersial (PSK) itu beralih-profesi, mereka tidak perlu khawatir pendapatan mereka bakal berkurang. Justru dengan alih profesi, mereka bisa terbebas dari eksploitasi.

"Perempuan di Dolly melayani sampai 10 pria sehari. Satu pria Rp 125 Ribu. Dia nggak dapat Rp 1.250.000,00. (Rp 125 ribu x 10 pria), melainkan dia cuma dapat Rp 50 ribu, kemudian dililit utang. Apakah bukan perdagangan manusia itu namanya?" kata Salim.

Penyakit HIV AIDS juga menjadi problema serius selain sisi ekonomi banyak perempuan yang tak terangkat dari gelinjang aktivitas Dolly. Anggota Majelis Syuro PKS ini menyebut keadaan itu sebagai bentuk kezaliman.

"Kalau mau merusak, rusak saja mucikarinya," ucap Salim.

Bahkan, menggambarkan betapa rusaknya kondisi sosial di Dolly, Salim menyatakan ada anak-anak Dolly yang melakukan 'perbuatan orang dewasa'. Yang bikin geleng-geleng kepala, perbuatan itu direkam dalam video.

"Itu kan kampung masyarakat. Anak-anak di sana tumbuh kembangnya nggak sehat, rusak. Saya sudah tahu, dapat video anak usia tujuh hinggga delapan tahun melakukan perbuatan orang dewasa, yang lain tepuk tangan menonton. Itu dari Dolly. Itu kelewatan," tutur Salim.

Meski Dolly akan segera ditutup, namun Salim tak menutup mata ada pihak yang menolak penutupan itu. Dia melihat, eksistensi Dolly tak lepas dari bisnis pendukung di belakangnya.

"Di belakang mereka itu narkoba, perdagangan miras, dan mucikari. Itu mereka yang manas-manasin mereka demo. Tangkapin saja yang gitu-gitu. Merusak wanita Indonesia saja itu," kata Salim.

(dnu/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads