Saat penutupan Dolly diwacanakan, tak banyak gejolak. Namun sebulan sebelum 'deadline' penutupan, suasana sedikit memanas. Massa yang menolak penutupan mulai unjuk gigi. Di sisi lain, kelompok pendukung penutupan juga beraksi. Siapa saja yang mendukung penutupan?
Pendukung pertama adalah Gubernur Soekarwo. Pucuk pimpinan Pemprov Jatim ini berkali-kali berkoordinasi dengan Risma dan mengaku setuju dengan penutupan Dolly. Sejauh ini, Soekarwo dan Risma sepakat penutupan Dolly akan berjalan sesuai rencana.
Pendukung kedua adalah 58 ormas Islam yang menamakan diri Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB). Mereka datang ke Balai Kota Surabaya, Rabu (14/5/2014), dan berharap penutupan tidak mundur dari jadwal.
"Kami siap mem-back up Ibu dan akan selalu berada di belakang Bu Wali dalam menutup lokalisasi, khususnya Dolly," kata Sekjen GUIB, Muhammad Yunus.
Kelompok ketiga berunjuk rasa ke Balai Kota, Kamis (22/5) kemarin. Mereka terdiri dari Ikatan Keluarga Madura (IKAMRA), Gerakan Arek Suroboyo (GAS), dan Pemuda Pancasila (PP).
"Kami tak ingin Surabaya tercinta mendapat predikat sebagai kota yang mempunyai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara," kata koordinator aksi dari IKAMRA, Mat Mochtar.
Risma sempat menemui massa. Ia tidak menegaskan soal rencana penutupan. Sebab, ia tak ingin ada gesekan antarwarga.
"Mohon saya dibantu untuk menjaga kondusifitas kota," kata wali kota dengan beragam penghargaan itu. Orasi itu disambut massa dengan teriakan "Hidup Risma...Hidup Risma. Tutup selamanya Dolly, Bu. Kami ada di belakang Ibu."
Apakah Dolly jadi ditutup 19 Juni?
(try/nrl)











































