Dolly direncanakan ditutup 19 Juni 2014. Belum ada skenario lain, meski sebagian penghuni dan pedagang di sekitar lokalisasi menolak kebijakan tersebut.
Rencana penutupan diakui Pemkot Surabaya sudah lama, lebih dari satu dekade silam. Wali Kota Tri Rismaharini yang menjabat sejak 2010 mengaku sudah kepikiran hal tersebut pada awal-awal menjadi wali kota. Setelah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, wali kota dengan beragam penghargaan ini tambah yakin Dolly yang dihuni 1.000-an PSK ini harus ditutup.
Dolly akan direvitalisasi. Kawasan yang berada di pusat kota itu akan ditata ulang, baik desain maupun fungsinya. Alternatif yang muncul, kawasan ini akan dijadikan sentra bisnis. Karena itulah, para penghuni diarahkan menekuni produksi kerajinan, konveksi, atau usaha lain. Mereka akan diberi uang sebagai modal usaha.
Jika Dolly baru akan ditutup, maka Saritem sudah resmi ditutup. Prosesnya mirip. Sama-sama ada penolakan dari penghuni. Wajar, karena baik Dolly maupun Saritem telah berurat akar dengan kehidupan warga. Saritem ditutup di era kepemimpinan Wali Kota Dada Rosada, tepatnya 18 April 2007.
Saat ini, Saritem dalam proses akan direvitalisasi. Wali Kota Ridwan Kamil berencana menjadikannya ruang terbuka hijau atau sentra bisnis.
Dibanding Dolly dan Saritem, Kramat Tunggak jauh lebih besar. Lokalisasi yang terletak di Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara ini dihuni 2.000-an orang. Menurut situs wikipedia, pada saat ditutup tahun 1999 silam, jumlahnya menyusut menjadi 1.600-an.
Kramat Tunggak yang 'berdenyut' pada tahun 1970-an ini disulap menjadi Jakarta Islamic Center. Jauh berbeda dibanding kondisi awalnya yang berisi wisma-wisma dengan ribuan kamar dan menjadi tujuan pria hidung belang.
Akankah Dolly menyusul ditutup?
(try/nrl)