.webp)
Dari hasil kajian arkeologi, sejarah dan geologi di penelitian awal belum ditemukan artefak di situs tersebut. Hal itu mempersulit penentuan umur situs Gunung Padang baik secara relatif maupun mutlak.
Namun, para arkeolog sepakat bahwa situs tersebut adalah sebuah tempat pemujaan masyarakat Sunda kuno. Sementara bagi masyarakat setempat, situs itu diyakini sebagai reruntuhan batu yang berkaitan dengan upaya Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran yang ingin membangun istana dalam semalam.
"Semua ini memberikan pelajaran berharga bahwa ada peradaban di Indonesia," kata alumnus ITB yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, Bernardus Djonoputro, saat ditemui di sela-sela diskusi tentang situs Gunung Padang di Auditorium Plaza Mandiri, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2014).
Dalam diskusi itu, hadir sebagai pembicara adalah Arkeolog dari Bosnia Herzegovia, Semir Sam Osmanagich dan peneliti dari LIPI Danny Hilman Natawidjaja.
Dari studi naskah terdapat catatan Bujangga Manik, yaitu bangsawan dari Kerajaan Sunda dari abad ke-16 yang menyebutkan suatu tempat yaitu Kabuyutan. Kabuyutan atau tempat leluhur yang dihormati orang Sunda itu berada di Sungai Cisokan yang berhulu di sekitar Gunung Padang.
Bujangga Manik juga menulis bahwa situus ini sudah ada sebelum kerajaan Sunda. Diduga kuat, Kabuyutan itu adalah Gunung Padang itu sendiri.
Selain itu dilakukan juga pengupasan atau eskavasi di sisi tenggara situs. Dari pengupasan itu ditemukan 20 tingkat terasering punden berundak.
(dha/ndr)
