Parade Militer, Pertunjukan Rasa Kebanggaan dan Nasionalisme 'Baru' Rusia

Catatan dari Lapangan Merah (2)

Parade Militer, Pertunjukan Rasa Kebanggaan dan Nasionalisme 'Baru' Rusia

- detikNews
Sabtu, 10 Mei 2014 11:38 WIB
Jakarta - Rakyat Rusia tumpah ruah, berkerumun dan berjejer di sepanjang jalan dari arah gerbang keluar Kremier, lapangan merah menuju pusat kota. Alunan lagu berjudul "Victory Day" atau "Den Pobedy" dalam Bahasa Rusia alias Hari Kemenangan itu terus bergema di berbagai penjuru Rusia. Para penduduk tengah merayakan hari puncak kemenangan pasukan Tentara Merah Uni Soviet melawan pasukan Nazi Jerman pada tanggal 9 Mei 1945.

Perayaan itu berlangsung di Lapangan Merah, Kota Moskow, dengan parade militer besar-besaran. Lapangan Merah atau Krasnaya Ploschad dalam Bahasa Rusia yang artinya kemegahan dan kecantikan itu akan kembali menjadi ajang pamer kekuatan pasukan militer dan kendaraan tempur milik Angkatan Bersenjata Rusia yang dipertontonkan pada Jumat (9/5) dari pukul 7.00 waktu setempat hingga 12.00 siang.

Kegiatan di saat musim semi ini telah menjadi ritual tahunan, bukan hanya di Rusia sejak puluhan tahun lalu, tetapi juga di negara-negara pecahan Uni-Sovyet untuk memperingati Hari Kemenangan Tentara Merah Uni-Sovyet melawan pasukan Nazi Jerman dalam PD II.

Perayaan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Parade militer tahun ini mempertontonkan 151 unit kendaraan militer, 69 pesawat dan helikopter serta 11.000 tentara, yang terbesar selama 25 kali parade militer di tanah Rusia. Selain besaran kekuatan bersenjata yang digelar hal baru yang ingin ditunjukan adalah bangkitnya rasa kebanggaan dan nasionalisme “baru” Rusia yang terlihat dari antusiasme penduduk usia tua, muda, anak-anak, pria, wanita, aktif dan pensiunan dari berbagai golongan dan profesi dalam peringatan Hari Kemerdekaan 9 Mei ini.

Mereka bercampur baur sejak pagi hari turun ke jalanan untuk menyambut pasukan tentara dan veteran perang PD II serta deretan mesin-mesin pertahanan buatan bangsa sendiri. Mereka semua seakan ingin menjadi bagian dari kebanggaan dan menyokong perjuangan bangsanya menghadapi persaingan antar negara.

Sejarah mencatat sejak peringatan Hari Kemenangan 9 Mei atau “Victory Day” tahun lalu, Rusia telah mengalami berbagai perkembangan dan peristiwa yang bersejarah. Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Putin yang tahun lalu menduduki puncak “The World’s Most Powerful People” menurut majalah Forbes, telah menjadi sorotan pemberitaan di berbagai media massa dalam tajuk-tajuk perpolitikan internasional.

Terobosan usulan Rusia pada September 2013 untuk penanganan persenjataan kimia Suriah yang diterima semua pihak, termasuk Amerika telah berhasil mencegah terjadinya perang besar di kawasan Timur-Tengah. Pengakuan masyarakat internasional atas kesuksesan Rusia dalam memimpin G-20 di tengah kelesuan ekonomi dunia, serta lancarnya penyelenggaraan olimpiade musim dingin di Sochi di tengah kekuatiran aksi terorisme global merupakan contoh capaian yang menegaskan bahwa negara bersuhu ekstrim ini patut untuk diperhitungkan.

Dalam beberapa bulan terakhir ini perilaku Rusia menghiasi pula surat-surat kabar dan media elektronik internasional dihubungkan dengan posisinya dalam krisis Ukraina dan bergabungnya Crimea ke dalam kedaulatan Rusia. Isu ini secara langsung telah meningkatkan dan menggalang kembali semangat nasionalisme serta penghargaan atas sejarah dan akar budaya leluhur bangsa Rusia.
Berbagai tekanan politik dan ekonomi yang diterima dari pihak luar terkait krisis Ukraina, ditanggapi oleh negara berpenduduk lebih dari 143 juta ini dengan melakukan pemberdayaan potensi industri, ekonomi dan sumber daya alam serta manusia yang ada.

Sanksi politik dan sanksi ekonomi yang dikenakan secara bertubi-tubi justru telah membangkitkan rasa kebanggaan, kemandirian dan nasionalisme negara dengan ekonomi ke-7 terbesar dunia atau 3 peringkat di atas Indonesia ini. Dalam survei nasional yang dilakukan baru-baru ini, diketahui bahwa 85% penduduk Rusia merasa bangga atas faktor sejarahnya jauh di atas kebanggaan karena standar hidupnya yang mencapai angka 14%.

Selain itu, rating Presiden Putin telah mencapai 80%, naik 8% semenjak pidatonya mengenai status Crimea di depan Parlemen bulan Maret lalu. Mayoritas responden Rusia sebesar 63% mengatakan bahwa negaranya sedang menuju ke arah yang benar dan Rusia modern telah memperoleh kembali statusnya sebagai negara adidaya.

Peringatan 'Victory Day' kali ini sekaligus menunjukan kepada dunia luar bahwa Rusia bukan bangsa yang mudah menyerah terhadap berbagai cobaan internal dan tekanan eksternal. Melalui Peringatan Hari Kemenangan kali ini, Rusia menunjukan dirinya merupakan bangsa besar dan bangsa yang penuh semangat patriotisme.

*Penulis adalah First Secretary, Embassy of the Republic of Indonesia Moskow


(slm/slm)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads