Menurut Ahok, mengganti pimpinan saja tak cukup tapi harus membongkar semua jajaran pegawai dinas. “Ternyata ganti kepalanya saja enggak cukup, mesti potong semua. Kita sudah siapin eselon 3 sama 4, tapi itu tahun depan baru selesai,” kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2014).
Dia menyindir PNS DKI yang sering menggunakan jabatan untuk memperkaya diri. “Nanti kalau dapat semua enggak usah pintar-pintarlah, justru kalau terlalu pinter malah pinterin kita. Pusing!,” imbuh mantan Bupati Belitung Timur itu.
Sebelumnya rentetan masalah di dinas kebersihan membuat Ahok mencak-mencak. Mulai dari soal truk sampah yang masih kurang, penggajian pegawai, retribusi di tempat pembuangan sampah, sistem pengangkutan sampah. Solusi masalah tersebut terus dicari antara lain pengadaan truk sampah, sistem penggajian non cash transaction, serta mengganti sistem pengangkutan dari tonase menjadi ritase.
Penggajian pegawai seharusnya tidak lagi cash tapi ditransfer ke rekening masing-masing. “TApi yang terjadi, ada laporan uang yang dikirim masuk ke kepala seksi. Gajinya dibayar penuh, tapi tidak dikasih penuh. Nah, uangnya lari kemana. Selisihnya bisa Rp 400 juta, pesta pora dong. Makanya harus transparan.
Dalam rapat kemarin dia menggebrak meja dan menyemprot Kadis Kebersihan, Saptastri Ediningtyas serta beberapa pejabat dinas. Ahok sempat menyinggung kemarahannya itu ternyata ditujukan kepada Kepala Bidang Pengendalian Kebersihan, Made Indrayasa.
“Sebenarnya sih saya gak marahin dia (Saptastri Ediningtyas), saya marahin si Made (Kepala Bidang Pengendalian Kebersihan, Made Indrayasa) yang nyewa-nyewain (truk sampah) itu, yang melarang orang swasta enggak boleh lebih 1 rit. Kita kekurangan truk, sampah numpuk. Kan konyol tuh,” kata dia.
Dia mengungkapkan tak mau menyalahkan Tyas seratus persen. Menurutnya, bisa saja sebagai kepala dinas, dia justru tak kuasa untuk 'melawan bawahannya'.
“Namanya juga ibu-ibu, kan dia juga baru setahun gitu, bisa juga dia ditipu anak buahnya, (dinas) kebersihan kan sudah satu geng lama nih. Pak Unu dicopot terus bu Tyas kita angkat dari (posisi sebelumnya) wakil (jadi kadis), terus kita masukin orang dari luar nih Pak Isnawa Adji yang bekas Camat Tambora. Mereka sih sudah bagus berdua itu, cuman kan di bawahnya itu, dia mau dikadalin,” bebernya.
(ros/rvk)











































