Guru Cabul di Samarinda Diduga Perdaya 20 Muridnya

Guru Cabul di Samarinda Diduga Perdaya 20 Muridnya

- detikNews
Jumat, 09 Mei 2014 18:10 WIB
Guru Cabul di Samarinda Diduga Perdaya 20 Muridnya
Foto: Kasat Reskrim Polres Samarinda
Samarinda - Korban pencabulan guru honorer Am (50) di Samarinda, Kaltim diduga mencapai 20 anak. Am yang telah bekerja 6 tahun sebagai guru olahraga itu sementara mengaku telah memperdaya 15 orang murid perempuannya.

"Pelaku mengaku telah berbuat itu (pencabulan) terhadap sekitar 15 orang murid perempuannya. Korban lainnya masih kami telusuri," kata Kasatreskrim Polresta Samarinda, Kompol Feby DP Hutagalung, kepada wartawan di Mapolresta Samarinda, Jumat (9/5/2014).

Guru Am yang telah ditetapkan sebagai tersangka itu, hingga sore ini masih diperiksa penyidik Polwan. Dari keterangan diperoleh wartawan di Satreskrim Polresta Samarinda, sebanyak 11 murid perempuan telah membuat pengakuan kepada guru sekolah mereka. Pengakuan itu kini menjadi bahan penyelidikan kepolisian.

"Baru 2 murid perempuan yang sudah dimintai keterangan terkait perbuatan Am. Semoga orangtua korban lainnya terbuka kepada kami karena ada indikasi orangtua enggan bersinggungan dengan guru yang tengah diperiksa," ujar Feby.

Sementara itu, pihak sekolah tempat Am mengajar menyayangkan apa yang telah terjadi. Pihak sekolah tak menyangka Am nekat berbuat itu.

"Saya sangat menyayangkan, guru seharusnya sebagai pengayom. Saya tidak pernah menyangka Pak Amriady seperti itu karena dia dikenal baik kepada murid dan orangtua," kata Kepala Sekolah Ratna Juita.

Ratna mengaku, pengawasan internal guru dan murid di dalam lingkungan sekolah dilakukan secara ketat. Hingga muncul persoalan ini, Ratna sempat dibuat tidak percaya dengan perbuatan Amriady.

"Semua kejadian ini terjadi di jam istirahat. Kok Pak Amri sampai begini. Dia seperti menyalahgunakan kepercayaan murid dan orangtua. Kesehariannya memang murid sering bermanja-manja dengan Pak Amri," ujar Ratna heran.

Ratna mengaku persoalan ini sempat mencuat pada pekan terakhir April 2014 lalu. Saat itu, kabar bahwa Amri telah berbuat tidak senonoh, hanya menjadi konsumsi internal sekolah.

"Bukan berarti kami waktu itu melarang murid bicara ke orangtua. Tidak, tidak ada larangan. Kalau kami melarang, berarti kami mengajari murid berbohong," terangnya.

"Setelah sempat mencuat akhir April, tanggal 25 April lalu Pak Amri saya nonaktifkan. Sehari kemudian, dia membuat surat pengunduran diri mungkin karena malu dengan kasus ini. Padahal dia mempunyai istri dan anak gadis (berusia 17 tahun)," tutup Ratna.

(ndr/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads