Bahkan, kalau dia mampir ke rumah yang beralamatkan di Jl. Wijaya Kusuma 103 itu, Rachmat tidak sampai menginap. Istrinya juga tidak pernah terlihat berada di rumah itu.
Rumah Rachmat Yasin ini berada di jalan utama perumahan ini dan berada di deretan rumah-rumah berlahan luas. Rumah Rachmat berada di tusuk sate, sehingga lebih luas dibanding rumah-rumah sampingnya.
Bila rumah-rumah di deretan itu berluas 20 x 25 meter (500 meter persegi), rumah Rachmat dipastikan berlahan lebih luas dari itu. Rumah Rachmat ini memiliki taman dan gazebo di bagian depan.
Salah seorang satpam yang ngepos di Pos Satpam di seberang rumah Rachmat menceritakan, warga sekitar sudah tahu bahwa rumah bernomor 103 itu adalah rumah Rachmat Yasin, bupati Bogor yang juga tokoh penting di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu. Namun, Rachmat memang tidak pernah nongol untuk bersapa dengan tetangga.
"Ke sininya sangat jarang. Kalau ke sini, biasanya siang hari, dikawal oleh petugas Dinas Perhubungan. Kalau istrinya, selama saya bertugas di sini, saya tak pernah lihat," kata satpam itu.
Bila mampir ke rumah berharga miliaran rupiah itu, Rachmat tidak pernah lama. "Biasanya siang, beberapa jam lagi sudah pergi lagi. Setahu saya dia tidak pernah menginap di sini," ujar dia.
Rumah bercat putih bersih itu terlihat terawat dengan baik. Selain ada pekerja rumah, rumah itu juga dijaga petugas Satpol PP.
Menurut satpam, Rabu (7/5/2014) sekitar pukul 16.30 WIB, datang petugas KPK ke rumah itu mengendarai satu mobil Innova. Petugas KPK baru keluar dari rumah itu sekitar pukul 21.00 WIB. Petugas KPK membawa Rachmat Yasin. Didugaa Rachmat terlibat kasus suap pengalihan lahan di Puncak dan Sentul.
Hingga saat ini, belum ada penghuni rumah yang bisa ditemui wartawan. Hingga Kamis (8/5/2014), rumah ini masih tampak seperti biasa, tidak ada penyegelan seperti yang dilakukan aparat KPK di ruang kerja Rachmat di kantor Bupati Bogor.
(asy/mad)