Kisah 9 Orang yang Terdampar di Bandara: Dari Snowden hingga Suwarni

Kisah 9 Orang yang Terdampar di Bandara: Dari Snowden hingga Suwarni

- detikNews
Rabu, 07 Mei 2014 14:59 WIB
Kisah 9 Orang yang Terdampar di Bandara: Dari Snowden hingga Suwarni
(Foto: courtesy The Terminal)
Jakarta - Bagaimana rasanya menjadi Viktor Navorski yang terpaksa terdampar di bandara John F Kennedy New York AS karena ditolak masuk ke negara itu? Mau pulang pun tak bisa karena visa negaranya tidak diakui. Film The Terminal yang dibintangi Tom Hanks itu sejatinya terinspirasi dari orang-orang yang terdampar di bandara karena beberapa sebab seperti 9 orang ini.


(Foto: courtesy The Terminal)

1. Mehran Karimi Nasseri

(Foto: dok AFP)
Mehran Karimi Nasseri diusir dari Iran, negaranya karena ikut berdemo memprotes Shah Iran tahun 1970-an. Karena aktivitas politiknya, dia pun diusir dari negaranya tahun 1977. Nasseri pun mengungsi ke Eropa, dan meminta suaka di beberapa negara Eropa, namun ditolak. 4 Tahun kemudian, dia akhirnya mendapat status 'pengungsi' dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

6 Tahun Nasseri tinggal di Belgia karena ingin mengincar Inggris, negara yang dia tuju untuk mencari ibunya yang memang berasal dari negara itu. Dia lantas berangkat ke Inggris dari Belgia, naik kereta melalui Paris. Di kereta, dia dirampok, tas yang berisi dokumen keimigrasian dan surat keterangan pengungsi dari UNHCR hilang. Sampai di Bandara Charles de Gaulle, anehnya, otoritas bandara tetap mengizinkannya terbang ke Inggris.

Di Bandara Heathrow, London, Nasseri ditolak masuk karena tak memiliki dokumen imigrasi dan surat keterangan. Nasseri dideportasi lagi dari Inggris ke Prancis. Di Prancis, Nasseri juga dilarang masuk. Jadilah, dia terdampar di Terminal Satu Bandara Charles de Gaulle. Di sinilah, Nasseri menjadi 'The Terminal Man' selama 17 tahun.

Kisah hidup Nasseri ini menjadi inspirasi beberapa film. Film Prancis berjudul 'Tombes du Ciel' atau judul internasionalnya 'Lost in Transit', beberapa film dokumenter hingga film Hollywood 'The Terminal' yang dibesut Steven Spielberg. Dalam film 'The Terminal', Nasseri dikabarkan mendapatkan US$ 250 ribu atas pembelian hak kisah hidupnya diangkat ke film.Β 

Nasseri akhirnya bisa melanjutkan hidupnya di Paris dan sudah membuat buku autobiografi di dengan judul 'The Terminal Man'.

1. Mehran Karimi Nasseri

(Foto: dok AFP)
Mehran Karimi Nasseri diusir dari Iran, negaranya karena ikut berdemo memprotes Shah Iran tahun 1970-an. Karena aktivitas politiknya, dia pun diusir dari negaranya tahun 1977. Nasseri pun mengungsi ke Eropa, dan meminta suaka di beberapa negara Eropa, namun ditolak. 4 Tahun kemudian, dia akhirnya mendapat status 'pengungsi' dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

6 Tahun Nasseri tinggal di Belgia karena ingin mengincar Inggris, negara yang dia tuju untuk mencari ibunya yang memang berasal dari negara itu. Dia lantas berangkat ke Inggris dari Belgia, naik kereta melalui Paris. Di kereta, dia dirampok, tas yang berisi dokumen keimigrasian dan surat keterangan pengungsi dari UNHCR hilang. Sampai di Bandara Charles de Gaulle, anehnya, otoritas bandara tetap mengizinkannya terbang ke Inggris.

Di Bandara Heathrow, London, Nasseri ditolak masuk karena tak memiliki dokumen imigrasi dan surat keterangan. Nasseri dideportasi lagi dari Inggris ke Prancis. Di Prancis, Nasseri juga dilarang masuk. Jadilah, dia terdampar di Terminal Satu Bandara Charles de Gaulle. Di sinilah, Nasseri menjadi 'The Terminal Man' selama 17 tahun.

Kisah hidup Nasseri ini menjadi inspirasi beberapa film. Film Prancis berjudul 'Tombes du Ciel' atau judul internasionalnya 'Lost in Transit', beberapa film dokumenter hingga film Hollywood 'The Terminal' yang dibesut Steven Spielberg. Dalam film 'The Terminal', Nasseri dikabarkan mendapatkan US$ 250 ribu atas pembelian hak kisah hidupnya diangkat ke film.Β 

Nasseri akhirnya bisa melanjutkan hidupnya di Paris dan sudah membuat buku autobiografi di dengan judul 'The Terminal Man'.

2. Sanjay Shah

(Foto: dok Reuters)
Sanjay Shah menanggalkan status kewarganegaraan Kenya dan terbang ke Inggris memakai paspor British Overseas citizen alias warga negara Inggris di luar negeri tahun 2004. Paspor itu mengizinkan Shah masuk ke Inggris untuk sementara, namun tidak untuk tinggal.

Dia pun dikembalikan lagi ke Nairobi, namun karena takut ditangkap bila nekat ke luar bandara Nairobi, dia akhirnya bertahan di dalam Bandara Nairobi, tepatnya di ruang keberangkatan. Selama 13 bulan dia di bandara itu, dia mandi di kamar mandi umum, makan-minum pun tergantung dari pekerja bandara dan para wisatawan.

Akhirnya pada 12 Juli 2005, Inggris memberikan Shah kewarganegaraan Inggris penuh dan disusul paspor Inggris. Shah pun bisa dengan legal masuk ke Inggris setelah itu.

2. Sanjay Shah

(Foto: dok Reuters)
Sanjay Shah menanggalkan status kewarganegaraan Kenya dan terbang ke Inggris memakai paspor British Overseas citizen alias warga negara Inggris di luar negeri tahun 2004. Paspor itu mengizinkan Shah masuk ke Inggris untuk sementara, namun tidak untuk tinggal.

Dia pun dikembalikan lagi ke Nairobi, namun karena takut ditangkap bila nekat ke luar bandara Nairobi, dia akhirnya bertahan di dalam Bandara Nairobi, tepatnya di ruang keberangkatan. Selama 13 bulan dia di bandara itu, dia mandi di kamar mandi umum, makan-minum pun tergantung dari pekerja bandara dan para wisatawan.

Akhirnya pada 12 Juli 2005, Inggris memberikan Shah kewarganegaraan Inggris penuh dan disusul paspor Inggris. Shah pun bisa dengan legal masuk ke Inggris setelah itu.

3. Zahra Kamalfar

(Foto: Courtesy Youtube)
Zahra Kamalfar adalah seorang pengungsi karena alasan politik dari Iran. Suaminya sendiri sudah dieksekusi mati oleh otoritas Iran. Dia melarikan diri setelah mendapat tiket bebas sementara selama 2 hari di penjara karena kegiatan politik. Bersama dua anaknya, Anna dan Davood, Kamalfar memakai dokumen palsu untuk meminta suaka di Kanada, rutenya melalui Rusia dan Jerman tahun 2006.

Mereka dicegah otoritas Jerman di Frankfurt kemudian dideportasi kembali ke Rusia. Di Bandara Sheremetyevo, otoritas Rusia hendak mengirim Kamalfar ke Iran, namun mereka menolak. Akhirnya dia diwawancarai oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di bandara itu, namun karena miskomunikasi dengan penerjemah bahasa Persia, mereka gagal mendapatkan status 'pengungsi'.

Kamalfar dan kedua anaknya sempat menjadi tahanan rumah di suatu hotel di Moskow sampai otoritas Rusia merelokasi mereka ke bandara. Di bandara, tidak seperti di film 'The Terminal', Kamalfar mendapatkan perlakuan yang tidak ramah.

Kamalfar sempat diliput media televisi dan dia menyampaikan kesedihannya karena dia dan kedua anaknya tak punya tempat beristirahat dan mandi, tidur di lantai yang dingin, air untuk minum hanya dari WC umum, polisi suka melempar barang-barang mereka, mendorongnya hingga keluar darah dari mulut.

Akhirnya, setelah sekitar setahun lebih Kamalfar dan kedua anaknya terdampar di bandara, Pemerintah Kanada memberikan suaka tahun 2007.Β 

3. Zahra Kamalfar

(Foto: Courtesy Youtube)
Zahra Kamalfar adalah seorang pengungsi karena alasan politik dari Iran. Suaminya sendiri sudah dieksekusi mati oleh otoritas Iran. Dia melarikan diri setelah mendapat tiket bebas sementara selama 2 hari di penjara karena kegiatan politik. Bersama dua anaknya, Anna dan Davood, Kamalfar memakai dokumen palsu untuk meminta suaka di Kanada, rutenya melalui Rusia dan Jerman tahun 2006.

Mereka dicegah otoritas Jerman di Frankfurt kemudian dideportasi kembali ke Rusia. Di Bandara Sheremetyevo, otoritas Rusia hendak mengirim Kamalfar ke Iran, namun mereka menolak. Akhirnya dia diwawancarai oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di bandara itu, namun karena miskomunikasi dengan penerjemah bahasa Persia, mereka gagal mendapatkan status 'pengungsi'.

Kamalfar dan kedua anaknya sempat menjadi tahanan rumah di suatu hotel di Moskow sampai otoritas Rusia merelokasi mereka ke bandara. Di bandara, tidak seperti di film 'The Terminal', Kamalfar mendapatkan perlakuan yang tidak ramah.

Kamalfar sempat diliput media televisi dan dia menyampaikan kesedihannya karena dia dan kedua anaknya tak punya tempat beristirahat dan mandi, tidur di lantai yang dingin, air untuk minum hanya dari WC umum, polisi suka melempar barang-barang mereka, mendorongnya hingga keluar darah dari mulut.

Akhirnya, setelah sekitar setahun lebih Kamalfar dan kedua anaknya terdampar di bandara, Pemerintah Kanada memberikan suaka tahun 2007.Β 

4. Hiroshi Nohara

(Foto: dok Reuters)
Pria asal Jepang ini terdampar di Bandara Internasional Benito Juarez, Mexico City, Mexico. Bila yang lain terdampar di bandara karena masalah dokumen imigrasi atau masalah politik, Nohara tak jelas alasannya.

"Saya suka bandara, saya suka Meksiko," demikian kata Nohara saat diwawancara di meja favoritnya di Dunkin Donuts bandara itu dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah seperti dilansir dari Bloomberg, 26 November 2008.

Tak ada koper yang dibawa Nohara, hanya tas belanja kecil yang berisi selimut dan topi baseball.Β  Padahal, dia punya visa Meksiko yang memungkinkannya tinggal di mana saja. Ada yang menduga, bahwa dia tinggal di bandara karena terinspirasi dari film 'The Terminal' yang dibintangi Tom Hanks.

Bahkan, Kedubes Jepang di Meksiko membujuknya untuk meninggalkan bandara namun gagal. Nohara menghabiskan waktunya duduk di sekitar area food court. Para pengunjung bandara memberikan makanan, minuman serta pakaian. Nohara juga menjadi selebriti 'lokal' di bandara itu. Otoritas bandara dan Meksiko tak mempermasalahkan sepanjang Nohara tak mengganggu orang lain.

Lantas setelah 85 hari sejak 2 September 2008, Nohara yang tinggal di bandara sampe brewokan itu dijemput seorang perempuan bernama Oyuki. Baik Nohara dan Oyuki tak mau berbicara banyak. Nohara diketahui tinggal di suatu apartemen di Mexico City dan berencana balik ke Jepang.

4. Hiroshi Nohara

(Foto: dok Reuters)
Pria asal Jepang ini terdampar di Bandara Internasional Benito Juarez, Mexico City, Mexico. Bila yang lain terdampar di bandara karena masalah dokumen imigrasi atau masalah politik, Nohara tak jelas alasannya.

"Saya suka bandara, saya suka Meksiko," demikian kata Nohara saat diwawancara di meja favoritnya di Dunkin Donuts bandara itu dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah seperti dilansir dari Bloomberg, 26 November 2008.

Tak ada koper yang dibawa Nohara, hanya tas belanja kecil yang berisi selimut dan topi baseball.Β  Padahal, dia punya visa Meksiko yang memungkinkannya tinggal di mana saja. Ada yang menduga, bahwa dia tinggal di bandara karena terinspirasi dari film 'The Terminal' yang dibintangi Tom Hanks.

Bahkan, Kedubes Jepang di Meksiko membujuknya untuk meninggalkan bandara namun gagal. Nohara menghabiskan waktunya duduk di sekitar area food court. Para pengunjung bandara memberikan makanan, minuman serta pakaian. Nohara juga menjadi selebriti 'lokal' di bandara itu. Otoritas bandara dan Meksiko tak mempermasalahkan sepanjang Nohara tak mengganggu orang lain.

Lantas setelah 85 hari sejak 2 September 2008, Nohara yang tinggal di bandara sampe brewokan itu dijemput seorang perempuan bernama Oyuki. Baik Nohara dan Oyuki tak mau berbicara banyak. Nohara diketahui tinggal di suatu apartemen di Mexico City dan berencana balik ke Jepang.

5. Feng Zhengfu

(Foto: dok AFP)
Feng Zhengfu adalah aktivis HAM asal China yang pernah dibui tahun 2000-2003. Dia kembali ditahan pada April awal 2009. Setelah 41 hari, dia berobat ke Jepang di mana adiknya tinggal bersama suami yang orang Jepang. Saat hendak kembali ke China, dan tiba di Bandara Internasional Pudong, Shanghai, dia ditolak masuk kembali ke negara tirai bambu itu. Otoritas China memaksanya kembali ke Jepang.

Feng kembali ke Jepang, visa Jepangnya masih berlaku namun dia tak mau masuk lagi ke Jepang. Akhirnya dia memilih berkemah di Bandara Internasional Narita selama 3 bulan, mengkritik kebijakan pemerintah China melalui tulisan di blog dan sosial media di internet dan mendukung aksi protes mahasiswa. Aksinya membuat marah pemerintah China.

Dia bertahan karena mendapat makanan dan pakaian dari wisatawan dan pengunjung bandara Narita, memakai wastafel di kamar mandi untuk mencuci. Akhirnya setelah 86 hari, Feng dikunjungi pejabat Kedubes China di Jepang, yang mengabarkan dia diizinkan kembali ke negaranya. Feng sempat masuk kembali ke Jepang, menghabiskan waktu bersama keluarga dan anaknya yang kuliah di sana sebelum kembali China.

Tiba di Shanghai, Feng akhirnya menjadi tahanan rumah di suatu apartemen sejak Februari 2010.

5. Feng Zhengfu

(Foto: dok AFP)
Feng Zhengfu adalah aktivis HAM asal China yang pernah dibui tahun 2000-2003. Dia kembali ditahan pada April awal 2009. Setelah 41 hari, dia berobat ke Jepang di mana adiknya tinggal bersama suami yang orang Jepang. Saat hendak kembali ke China, dan tiba di Bandara Internasional Pudong, Shanghai, dia ditolak masuk kembali ke negara tirai bambu itu. Otoritas China memaksanya kembali ke Jepang.

Feng kembali ke Jepang, visa Jepangnya masih berlaku namun dia tak mau masuk lagi ke Jepang. Akhirnya dia memilih berkemah di Bandara Internasional Narita selama 3 bulan, mengkritik kebijakan pemerintah China melalui tulisan di blog dan sosial media di internet dan mendukung aksi protes mahasiswa. Aksinya membuat marah pemerintah China.

Dia bertahan karena mendapat makanan dan pakaian dari wisatawan dan pengunjung bandara Narita, memakai wastafel di kamar mandi untuk mencuci. Akhirnya setelah 86 hari, Feng dikunjungi pejabat Kedubes China di Jepang, yang mengabarkan dia diizinkan kembali ke negaranya. Feng sempat masuk kembali ke Jepang, menghabiskan waktu bersama keluarga dan anaknya yang kuliah di sana sebelum kembali China.

Tiba di Shanghai, Feng akhirnya menjadi tahanan rumah di suatu apartemen sejak Februari 2010.

6. Gary Peter Austin

(Foto: Global National Inquirer)
Mantan joki kuda dari Inggris ini terdampar di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila, Filipina karena ketinggalan pesawat pada 19 Desember 2012 lalu. Sementara untuk membeli tiket lagi, dia tak punya uang. Jadilah, dia terdampar di bandara itu, tepatnya di Terminal 1.

Dia bertahan dari kebaikan warga Manila, dan sempat diajak pulang petugas keamanan perempuan untuk merayakan Natal bersama keluarga satpam bandara itu. Akhirnya setelah 25 hari dan Austin sempat ditulis di media, seorang koki yang juga wiraswasta pemilik restoran Pepper Launc, Jeroen Van Straten, memberinya uang yang cukup untuk membeli tiket.

"Saya berterima kasih kepada Jeroen untuk kedermawanan dan kebaikan hatinya meski saat ini dalam masa sulit. Orang-orang seperti ini selalu menolong orang yang butuh seperti saya," demikian kata Austin yang akhirnya bisa kembali ke London, pada Januari 2013.

6. Gary Peter Austin

(Foto: Global National Inquirer)
Mantan joki kuda dari Inggris ini terdampar di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila, Filipina karena ketinggalan pesawat pada 19 Desember 2012 lalu. Sementara untuk membeli tiket lagi, dia tak punya uang. Jadilah, dia terdampar di bandara itu, tepatnya di Terminal 1.

Dia bertahan dari kebaikan warga Manila, dan sempat diajak pulang petugas keamanan perempuan untuk merayakan Natal bersama keluarga satpam bandara itu. Akhirnya setelah 25 hari dan Austin sempat ditulis di media, seorang koki yang juga wiraswasta pemilik restoran Pepper Launc, Jeroen Van Straten, memberinya uang yang cukup untuk membeli tiket.

"Saya berterima kasih kepada Jeroen untuk kedermawanan dan kebaikan hatinya meski saat ini dalam masa sulit. Orang-orang seperti ini selalu menolong orang yang butuh seperti saya," demikian kata Austin yang akhirnya bisa kembali ke London, pada Januari 2013.

7. Ahmed Kannan

(Foto: The Star)
Ahmed Kannan, pemuda berusia 22 tahun ini berpaspor Palestina dan terdampar di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) dengan visa turis pada Mei 2013 dari Moskow. Di negara beruang merah itu, Kannan sempat belajar pariwisata selama setahun namun visanya tak bisa diperpanjang.

Dia memang meninggalkan Palestina karena negaranya berkonflik dengan Israel dan mencari negara yang lebih aman agar bisa bekerja dan belajar. Setelah tiba di Malaysia, dia kemudian ditolong komunitas mahasiswa Palestina di Malaysia untuk mendaftar ke Universitas Teknologi Mara (UiTM) namun ditolak karena dia hanya memiliki visa turis.

Setelah sebulan tinggal di Malaysia, dia mencoba terbang ke Laos namun ditolak karena dia tak punya visa. Kemudian Kannan kembali ke Malaysia dan tiba di terminal penerbangan murah (Low Cost Carrier Terminal/LCCT). Imigrasi Malaysia memberikan izin tinggal 7 hari namun dia tak tahu ke mana harus pergi. Dia akhirnya terdampar di KLIA dan menjadi overstay selama 3 bulan.

Dia berharap Badan Pengungsi PBB (UNHCR) membantunya memberikan status 'pengungsi'. Selama di KLIA, dia tidur di sofa di ruang tunggu transit, menggunakan WC umum untuk mandi, memanfaatkan akses internet nirkabel dari kafe, salat di musala, dan menerima makanan-minuman dari pengunjung dan pegawai bandara. Bahkan salah seorang pegawai bandara membawa pakaian Kannan pulang, mencuci dan mengembalikannya.

Setelah 54 hari, akhirnya Dubes Palestina di Malaysia menjemputnya pada Juli 2013. Malaysia akhirnya memberikan visa kemanusiaan selama 30 hari bagi Kannan.

7. Ahmed Kannan

(Foto: The Star)
Ahmed Kannan, pemuda berusia 22 tahun ini berpaspor Palestina dan terdampar di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) dengan visa turis pada Mei 2013 dari Moskow. Di negara beruang merah itu, Kannan sempat belajar pariwisata selama setahun namun visanya tak bisa diperpanjang.

Dia memang meninggalkan Palestina karena negaranya berkonflik dengan Israel dan mencari negara yang lebih aman agar bisa bekerja dan belajar. Setelah tiba di Malaysia, dia kemudian ditolong komunitas mahasiswa Palestina di Malaysia untuk mendaftar ke Universitas Teknologi Mara (UiTM) namun ditolak karena dia hanya memiliki visa turis.

Setelah sebulan tinggal di Malaysia, dia mencoba terbang ke Laos namun ditolak karena dia tak punya visa. Kemudian Kannan kembali ke Malaysia dan tiba di terminal penerbangan murah (Low Cost Carrier Terminal/LCCT). Imigrasi Malaysia memberikan izin tinggal 7 hari namun dia tak tahu ke mana harus pergi. Dia akhirnya terdampar di KLIA dan menjadi overstay selama 3 bulan.

Dia berharap Badan Pengungsi PBB (UNHCR) membantunya memberikan status 'pengungsi'. Selama di KLIA, dia tidur di sofa di ruang tunggu transit, menggunakan WC umum untuk mandi, memanfaatkan akses internet nirkabel dari kafe, salat di musala, dan menerima makanan-minuman dari pengunjung dan pegawai bandara. Bahkan salah seorang pegawai bandara membawa pakaian Kannan pulang, mencuci dan mengembalikannya.

Setelah 54 hari, akhirnya Dubes Palestina di Malaysia menjemputnya pada Juli 2013. Malaysia akhirnya memberikan visa kemanusiaan selama 30 hari bagi Kannan.

8. Edward Snowden

(Foto: Human Right Watch)
Pembocor rahasia intelijen AS, Edward Snowden, tiba di Bandara Sheremetyevo Moskow, Rusia, pada tanggal 23 Juni 2013 dari Hong Kong dan sejak saat itu tinggal di kawasan transit bandara. Paspornya dicabut oleh Pemerintah AS.

Dia diduga berupaya dalam perjalanan menuju Ekuador untuk mencari suaka setelah Amerika menetapkan sebagai buronan negara adidaya itu.
Rusia mengatakan tidak akan mengekstradisi Snowden ke AS, di mana dia telah dituduh melakukan spionase.

Menurut website pembocor rahasia WikiLeaks yang membantu Snowden, dia bepergian dengan menggunkan dokumen pengungsi yang disediakan oleh Ekuador. Namun demikian, WikiLeaks mengatakan ia berisiko terjebak di Rusia "permanen".

Pemerintah AS mencarinya karena membocorkan rincian tentang program pengawasan yang dilakukan pemerintah. Kasus Snowden ini sempat menciptakan ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Rusia dan China. Pemerintah AS sempat menyatakan kekecewaan karena menganggap China tidak mau menyerahkan Snowden, yang berada di Hong Kong sebelum terbang ke Rusia.

Snowden mencari suaka ke negara-negara Amerika Latin namun kemudian akhirnya pemerintah Rusia setuju memberikan suaka 1 tahun pada Snowden. Dia lantas meninggalkan Bandara Sheremetyevo setelah 39 hari.

8. Edward Snowden

(Foto: Human Right Watch)
Pembocor rahasia intelijen AS, Edward Snowden, tiba di Bandara Sheremetyevo Moskow, Rusia, pada tanggal 23 Juni 2013 dari Hong Kong dan sejak saat itu tinggal di kawasan transit bandara. Paspornya dicabut oleh Pemerintah AS.

Dia diduga berupaya dalam perjalanan menuju Ekuador untuk mencari suaka setelah Amerika menetapkan sebagai buronan negara adidaya itu.
Rusia mengatakan tidak akan mengekstradisi Snowden ke AS, di mana dia telah dituduh melakukan spionase.

Menurut website pembocor rahasia WikiLeaks yang membantu Snowden, dia bepergian dengan menggunkan dokumen pengungsi yang disediakan oleh Ekuador. Namun demikian, WikiLeaks mengatakan ia berisiko terjebak di Rusia "permanen".

Pemerintah AS mencarinya karena membocorkan rincian tentang program pengawasan yang dilakukan pemerintah. Kasus Snowden ini sempat menciptakan ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Rusia dan China. Pemerintah AS sempat menyatakan kekecewaan karena menganggap China tidak mau menyerahkan Snowden, yang berada di Hong Kong sebelum terbang ke Rusia.

Snowden mencari suaka ke negara-negara Amerika Latin namun kemudian akhirnya pemerintah Rusia setuju memberikan suaka 1 tahun pada Snowden. Dia lantas meninggalkan Bandara Sheremetyevo setelah 39 hari.

9. Suwarni

(Foto: Macau Daily Times)
Suwarni, seorang WNI tiba di Macau pada 1 April 2014, namun dia tak diperkenankan keluar dari bandara. Pihak Imigrasi Macau menilai Suwarni tak memiliki majikan untuk bekerja dan dia tak mempunyai uang yang memadai. Suwarni yang berasal dari Cirebon ini, akhirnya 'menggelandang' di Bandara Macau.

Dia membantu menyiram tanaman dan bersih-bersih bandara. Dia mendapat voucher makan dari pihak bandara dan juga dari beberapa penumpang.

Awal Mei, KJRI Hong Kong dikontak soal keberadaan Suwarni. Tim segera dikirim menjemput Suwarni yang tidur dan makan di bandara di area internasional selama 1 bulan. Pihak KJRI Hong Kong pun merayu sampai dua hari, agar Suwarni mau pulang kembali ke Indonesia.

"Kami melakukan pendekatan berbahasa Indonesia, memakai bahasa Sunda juga. Awalnya dia menunjukkan enggan, tapi kita beri pengertian," terang Staf Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KJRI Hong Kong, Sam Aryadi, saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (7/5/2014). Macau masuk dalam wilayah kerja KJRI Hong Kong.

"Kita lakukan sesuai prosedur, Suwarni kita minta kalau mau bekerja harus pulang ke Indonesia dan mengikuti syarat yang berlaku. Dia akhirnya mau," jelas Sam.

Dua hari staf KJRI menemui Suwarni dan akhirnya pada Minggu (4/5) dia mau dipulangkan ke Indonesia dengan China Airlines. "Dua staf kita mengawal sampai di Jakarta, keluarganya mengucapkan terima kasih. Keluarganya sebelumnya sudah kita kontak," tutup dia.

"Dia sempat nggak mau, tetap ingin di Macau tapi akhirnya mau pulang juga," imbuh Sam.

Dua hari staf KJRI menemui Suwarni dan akhirnya pada Minggu (4/5) dia mau dipulangkan ke Indonesia dengan China Airlines. "Dua staf kita mengawal sampai di Jakarta, keluarganya mengucapkan terima kasih. Keluarganya sebelumnya sudah kita kontak," tutup dia.

9. Suwarni

(Foto: Macau Daily Times)
Suwarni, seorang WNI tiba di Macau pada 1 April 2014, namun dia tak diperkenankan keluar dari bandara. Pihak Imigrasi Macau menilai Suwarni tak memiliki majikan untuk bekerja dan dia tak mempunyai uang yang memadai. Suwarni yang berasal dari Cirebon ini, akhirnya 'menggelandang' di Bandara Macau.

Dia membantu menyiram tanaman dan bersih-bersih bandara. Dia mendapat voucher makan dari pihak bandara dan juga dari beberapa penumpang.

Awal Mei, KJRI Hong Kong dikontak soal keberadaan Suwarni. Tim segera dikirim menjemput Suwarni yang tidur dan makan di bandara di area internasional selama 1 bulan. Pihak KJRI Hong Kong pun merayu sampai dua hari, agar Suwarni mau pulang kembali ke Indonesia.

"Kami melakukan pendekatan berbahasa Indonesia, memakai bahasa Sunda juga. Awalnya dia menunjukkan enggan, tapi kita beri pengertian," terang Staf Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KJRI Hong Kong, Sam Aryadi, saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (7/5/2014). Macau masuk dalam wilayah kerja KJRI Hong Kong.

"Kita lakukan sesuai prosedur, Suwarni kita minta kalau mau bekerja harus pulang ke Indonesia dan mengikuti syarat yang berlaku. Dia akhirnya mau," jelas Sam.

Dua hari staf KJRI menemui Suwarni dan akhirnya pada Minggu (4/5) dia mau dipulangkan ke Indonesia dengan China Airlines. "Dua staf kita mengawal sampai di Jakarta, keluarganya mengucapkan terima kasih. Keluarganya sebelumnya sudah kita kontak," tutup dia.

"Dia sempat nggak mau, tetap ingin di Macau tapi akhirnya mau pulang juga," imbuh Sam.

Dua hari staf KJRI menemui Suwarni dan akhirnya pada Minggu (4/5) dia mau dipulangkan ke Indonesia dengan China Airlines. "Dua staf kita mengawal sampai di Jakarta, keluarganya mengucapkan terima kasih. Keluarganya sebelumnya sudah kita kontak," tutup dia.
Halaman 2 dari 20
(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads