"Kami sampaikan terima kasih dan rasa hormat ke Suhardiman. Kita kenal rekam jejak Suhardiman dengan baik. Tokoh yang ikut pasang surut politik nasional," kata Hendrawan saat dihubungi, Senin (5/5/2014).
Hendrawan mengingatkan agar Jokowi tidak lupa diri dengan sanjungan tersebut. Justru itu harus membuat mantan Walikota Solo ini makin mewujudkan filosofi Satrio Piningit.
"Apresiasi itu tidak boleh membuat kami jumawa. Jangan membuat kami dan Jokowi lupa diri karena salah satu implikasi sebutan Satrio Piningit adalah kesediaan berkorban dan melayani. Filosofi itulah yang berusaha ditunjukkan Jokowi," ujar anggota Komisi VI ini.
Bukti konkrit Jokowi sebagai Satrio Piningit adalah metode blusukan yang ia lakukan. Dengan begitu, kualitas kepemimpinannya terlihat.
"Blusukan itu kan metode seorang pemimpin yang punya perhatian pada rakyatnya. Ini menunjukkan kualitas kepemimpinan yang berkepedulian," tutur Hendrawan.
Suhardiman berkisah tentang sosok Soekarno dan Soeharto. Menurutnya, kedua presiden Indonesia itu sebagai dua tokoh yang sudah memenuhi kriteria presiden yang mumpuni.
"Yang pertama Satrio Kinunjoro, Satria yang keluar masuk penjara itu Pak Karno. Kedua Satrio Muktiwibowo itu Pak Harto, yang ketiga Satrio Piningit. Gambaran secara singkat Satrio Piningit itu orang yang kesandung, itu berarti dari lapisan bawah, bukan dari atas. Jikalau lihat sejarah, sementara yang kita jumpai orang kesandung, itu adalah Jokowi. Kebetulan Jokowi ini dijagokan oleh PDIP. Sementara, hanya itu yang bisa saya sampaikan," tuturnya di kediamannya di Cilandak, Jaksel, Senin (5/5)
(van/van)











































