Dipandu Aida Sapriani, Mensos menyimak paparan sejarah kehidupan Sultan Alimuddin. Di papan berlatar warna putih, terpampang silsilah keluarga kesultanan. Kepada pemandu dan sejumlah orang yang memahami riwayat Sultan Alimuddin, Mensos menanyakan gelar pahlawan nasional.
Diketahui, Sultan Alimuddin pernah diusulkan untuk mendapatgelar pahlawan nasional, namun hingga saat ini belum jelas tindak lanjutnya.
"Kalau dulu belum dapat, masih ada peluang diusulkan lagi. Syarat jadi pejuang nasional meliputi wilayah Indonesia. Apa di sini saja, apa di Kaltim dikenal perjuangan beliau," kata Mensos di Keraton Sambaliung, Jumat, (2/5/2014).
Menurut Mensos, Sultan Alimuddin memiliki jasa ikut memperjuangkan kedaulatan Indonesia saat masa penjajahan. "Jasa-jasanya membela negara, pasti banyak sekali ceritanya melawan Belanda," sambung dia.
Pada tanggal 13 Agustus 1999, Sultan Alimudin mendapat piagam tanda kehormatan bintang jasa yang diberikan Presiden RI saat itu BJ Habibie. "Saya pikirkan masih ditingkatkan menjadi pahlawan nasional, asal ada data baru," ujarnya.
Mensos lantas berkeliling keraton. Namun ada satu ruangan yang membuat Mensos penasaran. Mulanya Mensos diberi penjelasan adanya ruangan khusus untuk Sultan Aminuddin bertemu sahabat-sahabatnya.
"Di atas ruang meditasi juga," kata pemandu. Mensos pun akhirnya naik ke ruang kecil di lantai 2 bersama Bupati Berau dan jajaran lainnya.
Mensos ditunjukkan benda milik Sultan Alimuddin yang disimpan dalam kotak dilapisi kain berwarna kuning. Pemandu menyebut alat mirip lempengan yang sudah berkarat itu digunakan Sultan Almuuddin untuk memberi petunjuk.
"Ini semacam kajian beliau, petunjuk berburu," kata pemandu.
"Kalau malam sepi ya?" tanya Mensos, langsung diiyakan pemandu. "Dia (Sultan Alimuddin) sendiri di sini?" ujar Mensos melanjutkan pertanyaan.
Tapi rupanya Mensos juga bertanya dengan hal mistis dalam ruangan meditasi tersebut. "Tapi kalau di sini nggak ada yang kesurupan? Jarang ya?" imbuhnya. Pemandu menyebut kejadian yang ditanya Mensos pernah beberapa kali terjadi kepada salah satu anak Sultan Alimuddin.
"Dia meditasi saja di sini?" kata Mensos kembali bertanya. "Iya, tinggalnya di bawah," sebut pemandu.
Setelah mengunjungi Keraton Sambaliung, Mensos datang ke museum Batiwakkal, bekas Istana Kesultanan Gunung Tabur di Jalan Kuran, Kecamatan Gunung Tabur, Berau.
Di museum ini, Mensos melihat satu per satu ruangan yang dulu sempat jadi tempat tinggal Sultan Muhammad Zainal Abidin. Di sini keturunan Zainal Abidin meneruskan pemerintahannya kepada Sultan Achmad Maulana Chalifatullah Djalauddin.
Mensos memang menyempatkan diri berwisata sejarah dalam kunjungannya ke Berau. Dia juga menyempatkan diri mengelilingi Pasar Sanggam Adji Dilayas meski tak turun dari mobil.
(fdn/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini