Ditemui usai acara di kantor Bank Jateng, Ganjar menceritakan awalnya ia mendapat aduan masyarakat soal jalan rusak dan salah satu penyebabnya karena tonase truk yang melebihi batas.
"Saya dapat laporan banyak soal jembatan timbang, awalnya dari situ. Kurang lebih dua minggu sebelum saya datang ke sana (Subah) saya bilang ke dinas (Dishubkominfo Jateng), saya bilang 'pak, tertibkan'," kata Ganjar di kantor Bank Jateng, Jalan Pemuda, Semarang, Selasa (29/4/2014).
Untuk membuktikan keseriusan Dishubkominfo Jateng terkait pungli di jembatan timbang, saat pulang dari tugas dinas di Banyumas dan Tegal hari Minggu (27/4) malam lalu, ia sengaja mampir ke jembatan timbang Subah, Batang. Ganjar marah ketika melihat ada kernet truk yang tiba-tiba menaruh uang di meja petugas jembatan timbang.
"Sampling saja, ternyata saya menemukan orang seperti tidak punya dosa seperti 'itu'," ujarnya.
Menurut Ganjar, dirinya berhak marah karena sudah dua minggu sebelumnya diingatkan. Menurutnya jika ia hanya menasihati dengan santun, maka perbaikan tidak akan jalan. Kemarahan tersebut dianggap wajar apalagi ia jelas-jelas menemukan amplop berisi uang di laci meja petugas jembatan timbang Subah.
"Kalau saya tidak marah, saya dengan santun-santun, biasanya ora melaku (tidak jalan)," tandas Ganjar.
Ganjar menganggap praktik pungli yang ia saksikan langsung itu layaknya seorang bandit. Terlihat dari cara meletakkan uang ke meja petugas yang kadang dengan cara dilemparkan menunjukkan hal itu sudah jadi kebiasaan.
"Cara lempar itu kebiasaan banget. Letakkan terus pergi. Jadi apa ya.. ya bandit lah ini," pungkasnya.
(alg/mok)