"Kalau sudah seperti Jokowi, maka wakilnya minimal seperti Ahok. Tapi ada nggak di antara calon-calonnya itu seperti Ahok, yang konsisten A bilang A dan B bilang B," papar Prof Indria Samego.
Hal itu disampaikan dalam diskusi bertema 'Kawin Paksa, Hancurkan Bangsa' yang digelar Media Indonesia di Pisa Cafe Jl Gereja Theresia Menteng, Jakpus, Selasa (22/4/2014).
Menurutnya, pada mulanya banyak yang tergelitik dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang gemar blusukan dan Ahok yang jaga kantor, tapi justru dengan itu roda pemerintahan berjalan harmonis.
"Saya kira perlu calon yang menurut Jokowi punya chemistry dan kesepahaman tentang konsep kepemimpinan yang dipraktikkan di DKI sehingga tirani mayoritas tidak perlu dipikirkan," ujarnya meluas pada tata pemerintahan dan DPR.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi A, mengatakan tak hanya mirip Ahok, tapi Ahok secara pribadi sebetulnya bisa saja dimajukan lagi dengan Jokowi dalam pertarunagan Pilpres.
"Karakter Jokowi penuh pertimbangan harus dilengkapi dengan orang yang agak sedikit keras seperti Ahok," ujar Hasan Nasbi.
Pihaknya selain mengacu pada model kepemimpinan di DKI Jakarta, juga menganalisa berdasarkan data exit poll lembaganya mensimulasikan 3 nama cawapres Jokowi dengan skenario 4 capres.
"Dengan 4 calon maka tak ada satupun (cawapres Jokowi) yang bisa mencapi 50%, yang tertinggi Jusuf Kalla 41%. Kedua dengan Basuki Tjahaja Purnama 39% dan kalau dipasangkan dengan Ryamizard 32%," ujarnya.
"Ahok dari sisi regenerasi layak. Kalau Jokowi maju kenapa nggak didukung Ahok jadi cawapres? Toh elektabilitasnya tinggi," imbuh Hasan.
(bal/trq)