"Itu bukan puisi, itu provokasi itu, itu pamflet politik," kata senior PDIP Hendrawan Supratikno saat dihubungi, Selasa (22/4/2014).
'Pamflet' merupakan jenis tulisan lepas yang berisi agitasi dan propaganda politik. Pamflet semacam itu sudah ada di Eropa saat masa revolusi berabad-abad yang lalu.
Hendrawan menilai, istilah 'nasi bungkus' dalam puisi Fadli telah dicitrakan negatif. Dan menurut Hendrawan, itu salah.
"Kalau yang dimaksud Fadli Zon negatif, itu keliru, tapi bukan kali ini dia keliru," nilai Hendrawan.
Nasi bungkus justru melambangkan realitas rakyat jelata. Bahkan dapat dikatakan, nasi bungkus adalah simbol Kaum Marhaen. Marhaenisme merupakan ideologi Soekarnois yang juga dipegang oleh PDIP.
"Kata 'nasi bungkus' itu ada positifnya, itu simbol Kaum Marhaen, menggambarkan semangat Marhaenisme. Itu kalau dilihat unsur positifnya," ujar Hendrawan.
(dnu/trq)