Fadli Zon mengaku, Partai Gerindra sering menjadi sasaran kampanye hitam alias black campaign dari 'pasukan nasi bungkus' tersebut. Gerindra pun mempersiapkan 'cyber army' untuk melawan serangan mereka.
"Gerindra berupaya mengimbangi dengan kampanye positif. Kita tidak mau serang balik akun anonim, kecuali ada nama jelas. Panasbung ini kan jadi sampah virtual. Jadi kalau baliho itu sampah visual, panasbung ini bikin sampah virtual," kata Fadli Zon, kepada detikcom, Selasa (22/4/2014) kemarin.
Laskar 'Panasbung' muncul seiring maraknya penggunaan media sosial, seperti Facebook dan Twitter di Indonesia sejak 2010 lalu. Bahkan pada tahun 2012 pengguna Facebook di Indonesia menempati urutan ke empat di dunia. Sementara pengguna Twitter berada di posisi lima.
Rekor tertinggi jumlah posting pengguna Twitter ditempati Jakarta yang sekaligus mengalahkan Tokyo, London, Sao Paulo dan New York. Lalu apa hubungannya media sosial dengan pilpres?
Seorang professor dari New York University, Clay Shirky mengatakan media sosial adalah salah satu sarana untuk membentuk opini publik. Di ranah media sosial kelompok-kelompok masyarakat bisa saling berinteraksi, bahkan melakukan gerakan pembentukan opini selayaknya kampanye politik.
Seperti halnya di bidang marketing, Peranan media sosial dalam politik tak bisa dipungkiri. Pergolakan politik di berbagai negara seperti di Mesir, Lebanon, Syria, Libya, dan Tunisia konon di berawal dari kicauan di Twitter.
Di Indonesia, sebuah lembaga pemantau aktivitas dunia maya PoliticalWave menyebut bahwa media sosial kini sudah menjadi sarana komunikasi politik yang efektif, dan murah.
(erd/van)