"Saya kan aktivis, jadi ada bidang lapangan untuk beraktivitas (jika gagal Pileg). Saya akan menulis novel," kata Hajriyanto di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Senin (21/4/2014).
Hajriyanto menuturkan, menulis novel merupakan keinginan terpendamnya yang belum terlaksana. Novel tentang apa yang akan ditulis?
"Ada deh, yang pasti ada percintaannya," jawab Hajriyanto.
Ketua DPP Golkar asal Karanganyar, Jawa Tengah, ini menuturkan dirinya menempati posisi ketiga dalam perhitungan hasil Pileg 2014 sementara di Daerah Pemilihannya. Padahal kemungkinan, meski masih belum pasti, hanya ada dua caleg yang akan lolos ke Senayan.
"Tapi dalam perhitungan sementara, ada dua orang yang melebihi saya. Yang memilih saya ada 41 ribu atau 42 ribu. Yang selain saya ada 42 ribu atau 43 ribu sekian, selisihnya memang tipis," ungkapnya.
Dalam diskusi MPR sebelum dirinya menuturkan itu, Hajriyanto menyatakan politik uang memang kerap bermain dalam realitas Pileg 2014. Namun Hajriyanto mengaku tak tergoda untuk bermain kotor.
"Dalam situasi abnormal, orang yang normal bisa dianggap abnormal," simpulnya merefleksi realitas penyimpangan politik di Pileg 2014.
Bahkan dirinya juga sempat berbincang dengan Ketua MPR Sidharto Danusubroto yang maju sebagai caleg DPD. Mereka berdua menyayangkan politik uang di lapangan. Berkaca dari realitas menyimpang itu, Hajriyanto khawatir soal legitimasi caleg yang lolos nanti.
"Krisis legitimasi karena menangnya karena amplop. Cara berpikir masyarakat ini 'pars pro toto', sebagian untuk keseluruhan," tuturnya.
Perlu ada pembenahan dalam pendidikan politik yang dilakukan partai politik untuk menghindari politik uang. Karena tidak berhasil melakukan penghindaran politik uang, parpol harus turun mesin guna membenahi pendidikan politik anti politik uang.
"Pendidikan poltik tidak berhasil, kalau tidak bisa dikatakan gagal total. Parpol harus turun mesin, 'overhaul', dibenahi total," ujarnya.
(dnu/trq)