"Ragu-ragu poros baru, dalam realitas politik kalau ini keraguan itu ada, bahkan cenderung galau. Kalau galau, bisa saja bubar. PPP sudah koalisi duluan. PAN, PKS sudah punya calon. PKB juga punya calon. Untuk menyatukan ini kok sangat berat atau galau," kata Marwan dalam Diskusi Polemik Sindo Trijaya 'Ragu-ragu Poros Baru' di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Sabtu (19/4/2014).
Marwan juga meragukan ketulusan parpol-parpol Islam bila nanti bersatu. Bisa saja persatuan itu hanya manuver demi kepentingan masing-masing partai.
"Parpol Islam belum bisa bersatu. Apa ini sangat tulus untuk bangun bangsa atau tendangan pisang politik untuk dukung capres tertentu? Mudah-mudahan pertemuannya tulus ikhlas, tapi ada juga yang bilang ada agenda tertentu," ujarnya.
Menurut Marwan, ada beberapa kendala bila partai Islam mau berkoalisi. Ada masalah finansial karena Pilpres butuh dana yang sangat besar. Ada juga masalah tokoh yang elektabilitasnya kurang tinggi.
"Belum ada tokoh Islam yang bisa menandingi tokoh nasionalis. Kita tidak pesimistik tapi yang perlu kita cermati, waktu sudah mepet. Untuk menggenjot elektabilitas akan kesulitan," ujarnya.
Marwan pun menganggap dikotomi Islam-nasionalis sudah tidak relevan lagi. "Di nasionalis, capresnya muslim semua. Islam sebagai semangat, bukan Islam yang formalistik. Ke-Indonesia-an seperti itu. Dikotomi muslim-non muslim sudah tidak relevan lagi," pungkasnya.
(rmd/rmd)