Ketua DPP Golkar Hajriyanto Tohari mengungkapkan bahwa kedua opsi tersebut berpeluang untuk diwujudkan.
"Itu bagian dari yang masih dibicarakan. Saya rasa dua-duanya oke. Ketokohannya oke. Wiranto pernah jadi capres dan cawapres Golkar. Hary Tanoe mungkin saja, kan memang setiap WNI berhak jadi capres ataupun cawapres," kata Hajriyanto di Gedung DPR, Senayan, Jakpus, Rabu (16/4/2014).
Hajriyanto menuturkan bahwa nama-nama cawapres Ical masih dibicarakan. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh cawapres Ical nantinya.
"Ada dua faktor. Cawapres harus merupakan wakil resmi dari parpol. Parpol itu harus memenuhi tambahan suara. Cawapres juga harus punya faktor komplementer kekurangan dan kelebihan ARB," kata Wakil Ketua MPR ini.
Hajriyanto tak merinci apa saja kekurangan Ical yang harus dilengkapi itu. Yang jelas, kehadiran cawapres harus bisa menutupi kekurangan dalam hal suara maupun ketokohan.
"Kekurangan untuk mencapai kemenangan, atau kekurangan dalam ketokohannya. Perlu taktik strategi logistik untuk memenangkan hati rakyat. Ada satu sisi, misal satu kuat di politik tapi lemah di ekonomi. Ada yang kuat di hukum, tapi kurang di dukungan masyarakat," tuturnya.
(trq/trq)