Bocah itu adalah Riki (5). Saban pagi, ia bertugas mengatur kendaraan yang parkir di depan deretan toko di Jalan Muhammad Jam, Banda Aceh. Meski sengatan mentari membakar kulit, tidak menyurutkan semangat bocah ini untuk tetap bertugas sebagai juru parkir. Sesekali, ia meniup peluit yang menggantung di lehernya kala ada pengendara sepeda motor yang hendak meninggalkan lokasi parkir. Kemudian, ia mengambil uang sebagai upah jaga parkir.
Saban hari, Riki berada di tengah hingar-bingar pusat kota untuk membantu ayahnya Rusman (60) yang bekerja sebagai juru parkir. Mereka berdua bekerja sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Riki terpaksa harus ikut sang ayah karena tidak ada teman jika ditinggal di rumah yang mereka kontrak di desa Asoe Nanggroe, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.
"Ibunya kerja sebagai penjual sirih, abangnya juga kerja, kalau tidak saya bawa dia tidak ada teman tinggal di rumah," kata Rusman saat ditemui Senin (14/4/2014) sore.
Saat anak seusianya menghabiskan waktu dengan bermain dan bercanda bersama rekannya, Riki harus banting tulang membantu sang ayah mencari sesuap nasi. Alasan ekonomi membuat Riki harus menemani sang ayah setiap hari mengatur kendaraan di pusat kota.
Rusman bercerita, dalam sehari mereka hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp 80.000. Itu setelah mereka setor ke Pemerintah Kota Banda Aceh sebesar Rp 15.000 perhari. Uang yang mereka dapatkan itu tidak mampu mencukupi kebutuhan dapur rumah tangga. Selain itu, mereka juga harus tinggal berpindah-pindah karena kadang tidak sanggup membayar uang kontrakan rumah yang mereka tempati.
Beratnya hidup di kota juga membuat abang Riki yang masih berusia 14 tahun harus rela putus sekolah untuk mencari uang. Abangnya bekerja di sebuah dorsmeer di Banda Aceh. "Abangnya juga sudah kerja," ungkapnya.
Riki terbilang jago dalam menjaga parkir. Saat ada pengendara yang hendak meninggalkan lokasi parkir, ia langsung meniup peluit. Ia juga mulai mahir dalam mengembalikan uang kepada pemilik kendaraan yang pergi dari lokasi parkir. Tak terkesan ia masih kanak-kanak.
(try/try)