Lena Safitri nama bocah perempuan itu. Umurnya baru 13 tahun. Setahun lalu, ibunya Wahyati pergi ke Jakarta. Jangankan kiriman uang, kabar dari ibunya pun tak pernah terdengar hingga saat ini.
Sehari-hari, Lena tinggal bersama ayahnya, Darsikin, kakak Kristanto (15), dan ketiga adiknya, Dian Rumita (10), Damar Aristian (7), Daniel Romadon (5). Mereka tinggal di rumah berlantai tanah dan berukuran 6x8 meter, berdampingan dengan rumah sang nenek di Dusun Lamban, Desa Karang Klesem, Kecamatan Pekuncen, Banyumas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darsikin bekerja sebagai buruh di peternakan ayam. Upahnya hanya cukup untuk bertahan hidup. Sang anak sulung, Kristanto, ikut bekerja di tempat yang sama dengan 'gaji' Rp 35 ribu per hari.
Praktis yang mengurusi kegiatan domestik adalah Lena. Bocah berambut sebahu itu memasak, memandikan adiknya, menyapu rumah, dan lain-lain. Ia drop out sejak kelas 5 SD. Dua adiknya juga drop out, sedangkan si bungsu Daniel Romadon belum masuk sekolah.
"Ibu sudah setahun lebih tidak ada kabarnya. Katanya kerja di Jakarta," kata Lena yang terlihat lebih dewasa dibanding umurnya.
Di saat para caleg tertawa dan menangis, parpol sibuk lobi untuk berkoalisi menjelang capres, dan dugaan pelanggaran pemilu ramai diungkit-ungkit, Lena dan keluarganya harus pontang-panting untuk sekadar hidup. Bekerja dan bekerja. Mereka tidak mau menunggu caleg, elite parpol, dan capres merealisasikan janjinya. Mereka pasti tahu alasannya.
(arb/try)