Bocah Penderita Kanker Bekerja Nyemir Sepatu Kumpulkan Biaya Berobat

Bocah Penderita Kanker Bekerja Nyemir Sepatu Kumpulkan Biaya Berobat

- detikNews
Minggu, 13 Apr 2014 09:22 WIB
Foto: Yunus/Khairul Ikhwan
Medan -

Seorang bocah penderita kanker di leher terpaksa bekerja menyemir sepatu dalam upaya mengumpulkan biaya berobat. Uang itu tak pernah terkumpul, sementara lehernya sudah tidak bisa lagi digerakkan secara normal.

Muhammad Yunus Ramadhan yang kini berusia delapan tahun, sudah mengalami masalah di lehernya saat berusia dua tahun. Namun karena terlalu miskin tak ada upaya pengobatan yang maksimal, hingga kemudian penyakit di leher yang ternyata kanker kelenjar getah bening itu semakin parah.

"Sekarang leher tidak bisa digerakkan," kata Yunus kepada wartawan, Sabtu (12/4/2014) di rumahnya, Jalan Melati, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara (Sumut).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leher Yunus menjadi kaku, tidak bisa digerakkan ke kiri maupun ke kanan. Jadi jika ingin melihat ke samping, dia harus memutar badannya. Penyakit itu juga membuat badannya kurus dan suaranya terdengar pelan saat berbicara, nyaris tak terdengar.

Beberapa kali Yunus pernah mendapatkan perobatan di Puskesmas dekat rumahnya. Tapi upaya pemulihan lebih lanjut kadangkala terhenti karena keterbatasan biaya.

Kemiskinan sudah lama menderita keluarga ini. Ayah Yunus meninggal saat dia masih kecil, sementara ibunya Darni Yusridawati (37) bekerja serabutan. Kadang buruh bangunan, kadang menggali sumur, kadang sebagai petugas cleaning service.

Dalam upaya membantu biaya di rumah tangga dan juga mengumpulkan uang untuk berobat, Yunus dan abang kandungnya Khaidir Ali (12) bekerja menyemir sepatu. Yunus yang kini duduk di kelas dua Sekolah Dasar (SD) dan Khaidir Ali yang duduk di kelas lima, akan bekerja menyemir sepulang sekolah.

Keduanya berkeliling ke warung-warung mencari pelanggan di sekitar Kecamatan Medan Polonia. Sekali menyemir dia mendapat Rp 2.000, namun terkadang diberi lebih oleh mereka yang kasihan.

Setiap hari keduanya bisa mengumpulkan Rp 20 ribu, namun sering pula kurang dari itu. Untuk mendapatkan uang lebih, keduanya memulung bekas gelas plastik air mineral kemasan, dan barang-barang bekas lainnya.

"Dikumpulkan untuk menambah uang," kata Yunus.

Sebelum dijual ke penampung, barang-barang bekas itu ditumpukkan sementara di rumah mereka. Rumah yang terbuat dari kayu dan tepas itu luasnya sekitar 3 x 3 meter. Rumah itu pun mereka sewa Rp 200 ribu sebulan.

Yunus terlihat tabah dengan penyakit yang dideritanya. Dia memang berharap penyakitnya dapat segera disembuhkan, namun minyak goreng yang dioleskan setiap hari ke lehernya tak berpengaruh apa-apa.

"Kalau sedang bekerja menyemir tidak begitu sakit, tapi kalau malam sakit," kata Yunus sembari memegang lehernya.

Meski cuma bekerja penyemir sepatu dan pemulung, Yunus berharap uang yang terkumpul dapat dipergunakan untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Namun, uang itu tak pernah tergenapkan. Setiap kali tak ada makanan, uang yang dikumpulkan itu terpaksa dipergunakan.

(rul/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads