Sejak runtuhnya Orde Baru, untuk pertama kalinya dalam pemilihan umum tahun ini Partai Golkar menjual nama mantan Presiden Soeharto. Dalam kampanyenya Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie selalu membanggakan masa keemasan Orde Baru. "Orde Baru tetap yang terbaik dan Golkar tetap mempunyai pengalaman yang terbaik," kata pria yang akrab disapa Ical itu saat berkampanye di Surakarta, Jawa Tengah akhir Maret lalu.
Partai Golkar juga menggandeng putri mendiang Soeharto, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto sebagai salah satu calon anggota legislatif. Titiek menjadi caleg Dewan Perwakilan Rakyat RI urutan pertama untuk daerah pemilihan Yogyakarta.
Titiek juga 'menjual' kesuksesan Orde Baru saat berkampanye. Slogan, 'isih penak zamanku to' berulangkali dia teriakan di depan massa partai berlambang pohon beringin. Menurut dia, munculnya slogan 'isih penah zamanku to', dalam berbagai versi merupakan bentuk protes masyarakat atas kondisi bangsa saat ini.
Sayang slogan 'Isih penak zaman Soeharto' gagal mendongkrak perolehan suara Partai Golkar. Meski Partai Golkar yang hanya memperoleh 14,45 persen suara, Aburizal yakin tetap dapat melaju ke pemilihan presiden pada Juli mendatang.
"Kursi DPR nasional Partai Golkar sekitar 112 kursi melihat dan membaca di layar tadi," ujar Ical di kantor DPP Golkar Jalan Anggrek Nelly, Jakarta Barat, Rabu (9/4/2014). Keyakinan yang sama juga disampaikan Wakil Ketua Golkar Cicip Sharif Sutardjo. "Kita yakin mendapatkan kursi sekitar 15 persen suara," kata Cicip.
Berikut ini perbandingan 5 besar perolehan suara partai pada pemilu 2009 dan 2014.
1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pemilu 2009 : 14,03 persen
Pemilu 2014 : 18,80 persen
2. Partai Golongan Karya
Pemilu 2009 : 14,03 persen
Pemilu 2014 : 14,50 persen
3. Partai Gerakan Indonesia Raya
Pemilu 2009 : 4,46 persen
Pemilu 2014 : 11,90 persen
4. Partai Kebangkitan Bangsa
Pemilu 2009 : 4,94 persen
Pemilu 2014 : 9, 60 persen
5. Partai Demokrat
Pemilu 2009 : 20,85 persen
Pemilu 2014 : 9,40 persen
(erd/brn)