PKS dan PD Lemah karena Terkena Dampak Kasus Korupsi

Jakarta - Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) menggelar quick count Pemilu 2014. Dari hasil quick count sementara, parpol-parpol yang ada di Senayan dinilai melemah.

Menurut pengamat politik Titik Anggraini, hal ini terjadi tak bisa dilepas dari rekam jejak oknum kader parpol-parpol tersebut yang terjerat kasus hukum. Ditambah tahun-tahun menjelang Pemilu 2014, masyarakat Indonesia semakin melek politik.

"Kayak PKS dan Demokrat. Kalau PKB dan PPP tampaknya hasil sementara ini menunjukkan kenaikan suara," kata Titik di gedung RRI, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014).

"Isu-isu sosial dan politik yang berkembang di tahun terakhir sangat berkontribusi pada persepsi masyarakat terhadap parpol dan calon. Lalu kualitas calon ketika berkampanye dan menjangkau pemilih, dua hal itu paling berpengaruh," ujar peneliti dari Perludem itu.

Namun dampak terbesar adalah isu anti korupsi yang menjerat tokoh-tokoh parpol dari PKS dan Demokrat. Sehingga kedua parpol yang menguasai senayan dua periode ini cenderung jatuh.

"Khusus Demokrat, ini prediksinya di atas survei sebelumnya yang memprediksi lebih rendah. Tapi mengapa suara Demokrat agak lebih tinggi sedikit? Karena ada caleg-caleg yang di lapangan bekerja keras, jadi mereka di atas 9 persen," tutup Titik.

Sementara itu pada pukul 16.00 WIB, quick count yang dilakukan RRI dengan menyebar 2.000 relawannya di seluruh Indonesia menunjukkan PDIP memimpin 18,19 persen, Golkar 14,98 persen, dan Gerindra 11,19 persen.

Sementara PKS 6,41 persen, PPP 7,01 persen, Hanura 5,71 persen, dan Demokrat 9,74 persen. Parpol lainnya seperti PKB 10,15 persen, PAN 7,61 persen, Nasdem 6,78 persen, PBB 1,56 persen, dan PKPI 0,72 persen.

(vid/trq)