4 Alat Canggih yang Terlibat Pencarian Black Box MH370 di Bawah Laut

4 Alat Canggih yang Terlibat Pencarian Black Box MH370 di Bawah Laut

- detikNews
Senin, 07 Apr 2014 06:41 WIB
4 Alat Canggih yang Terlibat Pencarian Black Box MH370 di Bawah Laut
Jakarta - Pencarian black box pesawat Malaysia Airlines MH370 berpacu dengan waktu mengingat baterai underwater locator beacon (ULB) black box tinggal hitungan jam yang akan berakhir pada 7 April 2014 besok. Berbagai alat canggih pun dikerahkan untuk mencari, seperti 4 alat ini.

1. Data Marker Buoy

Data Marker Buoy atau pelampung pencari dan penanda lokasi ini dikemas dalam tabung panjang hingga penampakannya seperti rudal kecil. Pelampung itu dilemparkan dari atas pesawat ke laut. Di atas air, pelampung itu otomatis mengembang. Pelampung ini dilengkapi sensor GPS.

Data-data dari pelampung ini bisa mencari dan memperkirakan gerakan serpihan-serpihan pesawat di permukaan laut. Pelampung ini sering disertakan dalam misi SAR.

1. Data Marker Buoy

Data Marker Buoy atau pelampung pencari dan penanda lokasi ini dikemas dalam tabung panjang hingga penampakannya seperti rudal kecil. Pelampung itu dilemparkan dari atas pesawat ke laut. Di atas air, pelampung itu otomatis mengembang. Pelampung ini dilengkapi sensor GPS.

Data-data dari pelampung ini bisa mencari dan memperkirakan gerakan serpihan-serpihan pesawat di permukaan laut. Pelampung ini sering disertakan dalam misi SAR.

2. Towed Pinger Locator

Towed Pinger Locator (TPL) ini bentuknya seperti ikan pari, namun tak berekor, beratnya sekitar 29 kg. Alat ini dikaitkan dengan tali di belakang kapal Ocean Shields. Alat ini akan terbenam di laut, mendengar sinyal 'ping' dari kotak hitam.

Alat ini disebut bisa dioperasikan di kedalaman sampai 6 ribu meter di bawah permukaan laut. TPL yang dipakai yakni TPL_25 milik AL Amerika Serikat.

Alat ini terdiri atas sejumlah bagian, seperti tow fish, tow cable, derek, unit tenaga hidrolik, generator dan konsol pengendali. TPL-25 akan dipasang di bagian belakang kapal dan kemudian ditarik dengan kecepatan rendah, biasanya sekitar 1-5 knots tergantung pada kedalamannya.

Pelacakan 'pingers' kotak hitam menjadi tahap paling kritis dalam setiap penyelidikan insiden penerbangan di dunia. Sebagian besar 'pingers' mengirim transmisi setiap detik pada frekuensi 37,5 kHz. Namun TPL-25 tetap mampu mendeteksi 'pinger' apapun yang ditransmisikan antara 3,5 kHz dan 50 kHz secara berulang.

Kapal yang diikatkan TPL ini berjalan pelan dan kemudian sinyal akustik yang diterima disalurkan melalui kabel menuju kapal yang sudah tersambung dengan osiloskop atau komputer pemproses sinyal.

2. Towed Pinger Locator

Towed Pinger Locator (TPL) ini bentuknya seperti ikan pari, namun tak berekor, beratnya sekitar 29 kg. Alat ini dikaitkan dengan tali di belakang kapal Ocean Shields. Alat ini akan terbenam di laut, mendengar sinyal 'ping' dari kotak hitam.

Alat ini disebut bisa dioperasikan di kedalaman sampai 6 ribu meter di bawah permukaan laut. TPL yang dipakai yakni TPL_25 milik AL Amerika Serikat.

Alat ini terdiri atas sejumlah bagian, seperti tow fish, tow cable, derek, unit tenaga hidrolik, generator dan konsol pengendali. TPL-25 akan dipasang di bagian belakang kapal dan kemudian ditarik dengan kecepatan rendah, biasanya sekitar 1-5 knots tergantung pada kedalamannya.

Pelacakan 'pingers' kotak hitam menjadi tahap paling kritis dalam setiap penyelidikan insiden penerbangan di dunia. Sebagian besar 'pingers' mengirim transmisi setiap detik pada frekuensi 37,5 kHz. Namun TPL-25 tetap mampu mendeteksi 'pinger' apapun yang ditransmisikan antara 3,5 kHz dan 50 kHz secara berulang.

Kapal yang diikatkan TPL ini berjalan pelan dan kemudian sinyal akustik yang diterima disalurkan melalui kabel menuju kapal yang sudah tersambung dengan osiloskop atau komputer pemproses sinyal.

3. Autonomous Underwater Vehicle

Autonomous Underwater Vehicle (AUV) yang berbentuk seperti misil, Bluefin-21 AUV milik Phoenix International disertakan dalam pencarian ini. Bluefin sendiri diproduksi oleh Bluefin Robotics yang dibentuk sekelompok insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Bluefin-21 ini beratnya 750 kg dengan panjang 4,93 meter. Dia dilengkapi sonar pemindai samping, profiler bawah air, multibeam echosounder, dan kamera digital. Robot ini juga dilengkapi dengan sistem navigasi yang akurat di bawah air. Bluefin-21 bisa menyelam hinga kedalaman 4.500 meter.

Bluefin Robotics dalam situsnya menambahkan bahwa Bluefin-21 digunakan untuk survei lepas pantai, pencarian dan penyelamatan, arkeologi dan eksplorasi, oseanografi, penanggulangan tambang dan pencarian artileri yang tidak meledak.

AUV lain yang rencananya akan membantu pencarian adalah kapal selam tak berawak Abyss. Pakar kelautan Jerman dari Helmholtz Oceanography Institute di Kiel dan mitranya dari AS Woods Hole Institute do Massachusetss berencana menerjunkan 3 kapal selam yang dinamakan Abyss. Helmholtz memiliki 1 kapal dan Woods Hole memiliki 2 kapal.

Peranti yang biasa disebut Autonomous Underwater Vehicle (AUV) ini dilengkapi sensor, kamera dan sistem sonar ultra sensitif, berbentuk torpedo dan dicat kuning untuk memudahkan identifikasi. Kapal ini bisa menyelam sampai kedalaman 6 ribu meter di bawah permukaan laut selama lebih dari 24 jam. Ukurannya kecil, sekitar 12 kaki atau sekitar 3,6 meter membuatnya gesit bila melakukan pencarian.

Selama ini kapal ini dipakai untuk riset-riset kelautan. Bila dinilai, kapal ini senilai 1,5 juta Euro atau 1,26 juta poundsterling atau setara Rp 23,6 miliar. Namun kabar terakhir belum diketahui apakah Abyss jadi ikut mencari atau tidak.

3. Autonomous Underwater Vehicle

Autonomous Underwater Vehicle (AUV) yang berbentuk seperti misil, Bluefin-21 AUV milik Phoenix International disertakan dalam pencarian ini. Bluefin sendiri diproduksi oleh Bluefin Robotics yang dibentuk sekelompok insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Bluefin-21 ini beratnya 750 kg dengan panjang 4,93 meter. Dia dilengkapi sonar pemindai samping, profiler bawah air, multibeam echosounder, dan kamera digital. Robot ini juga dilengkapi dengan sistem navigasi yang akurat di bawah air. Bluefin-21 bisa menyelam hinga kedalaman 4.500 meter.

Bluefin Robotics dalam situsnya menambahkan bahwa Bluefin-21 digunakan untuk survei lepas pantai, pencarian dan penyelamatan, arkeologi dan eksplorasi, oseanografi, penanggulangan tambang dan pencarian artileri yang tidak meledak.

AUV lain yang rencananya akan membantu pencarian adalah kapal selam tak berawak Abyss. Pakar kelautan Jerman dari Helmholtz Oceanography Institute di Kiel dan mitranya dari AS Woods Hole Institute do Massachusetss berencana menerjunkan 3 kapal selam yang dinamakan Abyss. Helmholtz memiliki 1 kapal dan Woods Hole memiliki 2 kapal.

Peranti yang biasa disebut Autonomous Underwater Vehicle (AUV) ini dilengkapi sensor, kamera dan sistem sonar ultra sensitif, berbentuk torpedo dan dicat kuning untuk memudahkan identifikasi. Kapal ini bisa menyelam sampai kedalaman 6 ribu meter di bawah permukaan laut selama lebih dari 24 jam. Ukurannya kecil, sekitar 12 kaki atau sekitar 3,6 meter membuatnya gesit bila melakukan pencarian.

Selama ini kapal ini dipakai untuk riset-riset kelautan. Bila dinilai, kapal ini senilai 1,5 juta Euro atau 1,26 juta poundsterling atau setara Rp 23,6 miliar. Namun kabar terakhir belum diketahui apakah Abyss jadi ikut mencari atau tidak.

4. Remote Operator Vehicle

Bila lokasi black box sudah diketemukan, maka robot yang disebut Remote Operated Vehicle (ROV) akan digunakan. Alat ini akan mengangkat benda-benda dalam laut yang dalam.

ROV digunakan untuk banyak hal di dalam air, beberapa di antaranya untuk kepentingan eksplorasi minyak lepas pantai, termasuk perakitan pipa, elektronik, dan konstruksi.

ROV ini juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. ROV yang digunakan untuk mengangkat AdamAir saat itu adalah jenis ROV Remora yang bisa menjelajah hingga kedalaman 6 ribu meter.

4. Remote Operator Vehicle

Bila lokasi black box sudah diketemukan, maka robot yang disebut Remote Operated Vehicle (ROV) akan digunakan. Alat ini akan mengangkat benda-benda dalam laut yang dalam.

ROV digunakan untuk banyak hal di dalam air, beberapa di antaranya untuk kepentingan eksplorasi minyak lepas pantai, termasuk perakitan pipa, elektronik, dan konstruksi.

ROV ini juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. ROV yang digunakan untuk mengangkat AdamAir saat itu adalah jenis ROV Remora yang bisa menjelajah hingga kedalaman 6 ribu meter.
Halaman 2 dari 10
(nwk/ahy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads