"Sebenarnya kami memahami suasana batin teman-teman Gerindra, kami memahami. Tetapi kalau berlebihan, anak-anak gaul ini menyebutnya puisi lebay," kata Hendrawan saat berbincang dengan detikcom, Kamis (3/4/2014).
Hendrawan menyebut puisi-puisi yang dilempar Fadli mengambarkan bentuk kepanikan Gerindra atas pencapresan Jokowi. Sebab, sebelum sosok Jokowi muncul, Prabowo adalah pemuncak klasemen survei capres.
"Kemunculan Jokowi mengubah skenario dan strategi Partai Gerindra yang sudah disiapkan secara matang, menjungkirbalikkan strategi, asumsi, aspirasi, intuisi," ujar Hendrawan.
Hendrawan juga memandang sajak-sajak yang dilempar Fadli bukan sebagai puisi. Dia melihat sajak Fadli lebih seperti pamflet politik.
"Puisi yang dibuat dengan amarah, dengan kejengkelan, dengan kepentingan politik yang kental, itu pamflet, pamflet politik. Kalau saya bertanya pada ahli penelaah puisi, mereka menilainya ini pamflet," ujarnya.
Waketum Gerindra Fadli Zon kembali melempar sajak satire. Kali ini tentang boneka berbaju kotak merah muda. Sajak tersebut menggambarkan tentang boneka berbaju kotak merah muda yang tak bisa bersuara dan hanya bisa mengikuti perintah pemiliknya.
Berikut sajak terbaru Fadli Zon tentang boneka yang dikirim ke detikcom pada 3 April 2014:
Sajak Tentang Boneka
Sebuah boneka
Berbaju kotak merah muda
Rebah di pinggir kota
Boneka tak bisa bersuara
Kecuali satu dua kata
Boneka tak punya wacana
Kecuali tentang dirinya
Boneka tak punya pikiran
Karena otaknya utuh tersimpan
Boneka tak punya rasa
Karena itu milik manusia
Boneka tak punya hati
Karena memang benda mati
Boneka tak punya harga diri
Apalagi nurani
Dalam kamus besar boneka
Tak ada kata jujur, percaya dan setia
Boneka bebas diperjualbelikan
Tergantung penawaran
Boneka jadi alat mainan
Bobok-bobokan atau lucu-lucuan
Boneka mengabdi pada sang tuan
Siang dan malam
Boneka bisa dipeluk mesra
Boneka bisa dibuang kapan saja
Sebuah boneka
Tak punya agenda
Kecuali kemauan pemiliknya
Fadli Zon, 3 April 2014
(trq/van)