Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok cabang Nanchang ini mengingatkan, dalam dunia politik jangan saling menuduh seseorang menjadi pemeran sandiwara. Karena antara si penuduh dan tertuduh bisa saja saling bersandiwara.
Rifqi menuangkannya dalam puisi pemilu berjudul 'Sandiwara dalam Sandiwara' yang dikirimkan ke detikcom, Selasa (1/4/2014), sebagai berikut:
Sandiwara dalam Sandiwara
Ada buaya, ada kuda, ada ikan, ada sandiwara
Maaf kalau kubilang, inti dari semuanya adalah sandiwara
Buaya dalam sandiwara, kuda dalam sandiwara, ikan dalam sandiwara
dan, sandiwara dalam sandiwara
Kita semua sedang memerankan satu sesi drama
Ada harmoni dan pertentangan, kesetiaan dan pengkhianatan
Ada protagoni dan antagoni, pemeran utama dan figuran
Bahkan, ada juga peran sebagai penonton
Di atas panggung, aktor berteriak kesetaraan
Sejenak dia lupakan diskriminasi yang pernah dilakukan
Aktor lain berbicara kejujuran dan kebersahajaan
Tanpa sadar, aktingya sendiri adalah sebuah kepura-puraan
Di luar panggung penonton tersenyum, menangis, merenung
kadang mereka marah, tertawa, kecewa mengikuti alur sandiwara
Mereka sedang menghindar dari pusaran, menikmati tepian hidupnya
Mereka juga memainkan narasi drama hidupnya sendiri
Pemeran dan penonton, semua adalah aktor sandiwara masa
Tak perlu menggugat pemeran, gugatlah kemampuan aktingnya
Tak perlu pula menuduh orang bersandiwara,
karena kita semua tengah berperan di dalamnya
Nanchang, Selasa 01 April 2014
(vid/rni)











































