"SBY jelas masih kuat, terlepas dari hasil survei yang baru saja diumumkan CSIS tapi tren politik SBY selama kampanye mulai terlihat naik. SBY juga masih dielu-elukan di berbagai kampanye PD," kata pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan, Selasa (4/1/2014).
SBY memang mencatat sejarah kepemimpinan di Indonesia. Kemunculan SBY sebagai pemenang Pilpres 2004 padahal PD kala itu belum meroket, cukup fenomenal. SBY melanjutkan gebrakan dengan memenangkan Pilpres 2009 satu putaran plus menempatkan PD sebagai partai pemenang Pemilu.
"SBY ini cerita dan fenomena unik bagi Indonesia. Bahkan belum ada tokoh politik pasca reformasi yang mengungguli kisah sejarah dan perhitungan politik beliau. Beliau satu-satnya yang berhasil membuat parpol, menang dan jadi presiden 2 periode, suatu hal yang luar biasa," pujinya.
Karena itu sentuhan SBY diyakini akan berpengaruh banyak di Pilpres 2014 nanti. Apalagi sampai saat ini SBY belum memastikan siapa tokoh yang bakal diusung PD jadi capres.
"Demokrat sampai saat ini menjadi satu-satunya parpol yang belum membuka kartu trufnya. Demokrat satu-satunya dari partai besar yang belum mengumumkan calon presidennya. Nah, di sinilah peran SBY sebagai king maker, pada saat SBY mengumumkan capresnya maka konstelasi politik akan berubah," kata Hendri.
Menurut Hendri, siapa pun presiden yang terpilih sangat bergantung pada siapa tokoh yang akan didorong SBY sebagai pemenang konvensi PD. Selain itu, suka atau tidak suka SBY sudah meletakkan fondasi pembangunan yang bagus sekali pasca reformasi yang bisa dilanjutkan oleh presiden selanjutnya.
"โKarena kartu truf capresnya belum dibuka maka SBY secara tidak langsung telah menempatkan Demokrat di jangkar penentu pemerintahan di era 2014-2019," ujar Hendri menganalisis.
Soal jangkar politik dalam menyusun skenario Pilpres, kepiawaian SBY tak diragukan lagi. Dua kali masa pemerintahannya selalu menggunakan ikatan koalisi. Masa pemerintahan kedua, bahkan merangkul Golkar yang notabene kalah di Pilpres untuk masuk koalisi.
"โPeta koalisi Ini akan ditentukan setelah Pileg 2014. Menarik bila kita melihat kemungkinan koalisi yang terjadi. PDIP kemungkinan tidak akan berkoalisi dengan Gerindra, Golkar dan Demokrat karena ada trauma historis. Namun bila PDIP memutuskan untuk berkoalisi dengan salah satu partai tersebut maka pemerintahan akan lebih kuat," ujar Hendri.
โ"Partai berbasis agama juga tidak akan menjadi teman koalisi yang kuat bagi PDIP. Saat ini yang tergambar cocok sebagai parpol yang mungkin diajak koalisi PDIP adalah NasDem," katanya.
(van/nrl)