"Kurang lebih 200 ogoh-ogoh di arak sejauh kurang lebih 5 Km di Puputan Badung, Kota Denpasar," kata seorang warga Bali, Eko Sunarko kepada detikcom, Minggu (30/3/2014).
Acara berlangsung sangat meriah mulai pukul 17.00-23.00 WITA. Ogoh-ogoh yang diarak paling tinggi mencapai 4 meter. Tak hanya umat Hindu, tapi juga penganut agama lain termasuk turis ikut meramaikan acara tersebut.
"Mereka (turis asing-red) ikut datang, kebanyakan mereka foto-foto," ujarnya.
Tak hanya di Puputan Badung, kemeriahan pawai Ogoh-ogoh juga tampak di Jalan Tunggul Ametung, Denpasar Utara, Kota Denpasar. Di lokasi ini ratusan pemuda bergantian mengarak ogoh-ogoh setinggi mencapai 3,5 meter.
"Ada 15 ogoh-ogoh dari yang kecil ukuran 1 meter sampai 3,5 meter, diarak sekitar 2 KM memutari desa," ucap warga Bali lain Gung De Warmadewa.
Namun menurutnya, pesta ogoh-ogoh kali ini tak sesemarak tahun lalu, karena tahun ini sedang berlangsung pemilu. "Kalau dulu diarak sampai taman Kota Denpasar sekitar 15 KM, sekarang ada aturan cuma sekitar 2 KM," ujarnya.
"Suasana pemilu, takut bentrok karena beda aliran politik," imbuh Warmadewa.
Meski demikian, pawai ogoh-ogoh tetap berlangsung meriah dan khidmat. Acara ini selain untuk menyambut nyepi, juga bagian dari upacara pengerupukan yaitu upacara pengusiran roh jahat. Ogoh-ogoh adalah perwujudan roh/tokoh jahat yang disebut Buta Kala.
(iqb/rvk)











































