"Jika Samad tidak menolak undangan itu, maka seketika KPK harus membuat komite etik untuk menyelidiki potensi pelanggaran etik oleh Samad. Saya menduga Samad dan Gerindra sudah komunikasi via handhone atau apapun itu, ini di luar penanganan kasus, maka perlu diperiksa komite etik," ujar penggiat antikorupsi, Apung Widadi, saat dihubungi, Sabtu (29/3/2014).
Menurut pandangan Apung, rayuan yang sedang dilakukan Gerindra terhadap Samad justru bakal menjadi bumerang. Publik melihat Gerindra justru sedang melemahkan KPK dengan 'menyeret' komisionernya ke pusara politik.
"Justru ingin melemahkan KPK dalam hal independensi dan pencemaran politik, sehingga KPK tidak dipercayai publik lagi," lanjut Apung.
"KPK juga terancam disesatkan oleh Samad. Bagaimana mungkin melawan korupsi politik, kalau dalam hatinya juga mau berpolitik," tegasnya.
Duet Prabowo-Samad memang sempat memanas setelah Waketum Gerindra Fadli Zon melempar wacana itu. Politik semakin gaduh lantaran jawaban Samad yang bersayap yakni hendak istikharah sembari menunggu takdirnya. Yang terbaru, Fadli tengah menunggu waktu untuk bertemu langsung dengan Samad.
"Ini saya lagi nyari waktu untuk bertemu Pak Abraham Samad. Lagi nyocokin waktu yang tepat," kata Waketum Gerindra, Fadli Zon, kepada detikcom.
Namun belakangan Abraham mulai berbalik arah. Dari terkesan menyambut lirikan Gerindra itu menjadi cukup jadi Ketua RT saja.
(mok/slm)