"Kalau di Jakarta, semua kebijakan apapun yang dikeluarkan pasti akan menimbulkan seribu musuh. Padahal menurut pepatah, seribu kawan masih kurang, satu musuh terlalu banyak," kata Ahok di Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (28/3/2014).
Tak hanya musuh dari luar, gejolak perlawanan dari internal aparat Pemprov DKI Jakarta juga banyak dialaminya selama duet memimpin Jakarta bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Banyak programnya yang tidak mulus karena tak semua jajaran birokrasi di bawahnya bisa seirama, seperti misalnya penambahan bus Transjakarta.
"Semua yang kami putuskan akan menyenggol kepentingan orang. Jadi orang yang sudah mapan selama 30-40 tahun, terus disenggol kepentingannya pasti dia akan tersinggung," kata dia.
Dia menyadari, sikapnya yang tegas dan ceplas-ceplos juga membuat daftar musuhnya makin banyak. Tetapi Ahok menegaskan memang perlu keberanian untuk menciptakan pembenahan di Ibukota. "Kalau Anda takut, ya bubaran," ujarnya.
Selain soal musuh, cobaan lain sebagai pemimpin Jakarta menurut Ahok yakni kemampuan menahan nafsu akan duit. Diakuinya godaan untuk mengeruk keuntungan sangat tinggi. Apalagi Jakarta adalah pundi-pundi uang.
"Kalau mau mengumpulkan Rp 50 miliar β Rp 100 miliar, di sini gampang banget. Tapi kamu mau tidak, berhenti di sini tetapi uangnya masih biasa-biasa saja dan tetap hidup sederhana," kata Ahok.
(ros/aan)