"Silakan saja, PDIP tidak perlu menanggapi. Rakyat tidak bodoh, rakyat sudah cerdas, silakan rakyat yang menilai," kata Ketua DPP PDIP Komaruddin Watubun saat dihubungi detikcom, Rabu (26/3/2014).
Komarudin mengatakan PDIP memiliki hal lebih besar untuk dipikirkan daripada menanggapi puisi 'Air Mata Buaya' itu. Dia juga heran kenapa Gerindra tak henti-hentinya melempar sindiran ke PDIP.
"Kami lebih berpikir hal yang lebih besar daripada serang menyerang. Kepala boleh panas, hati tetap harus dingin," ujarnya.
Gerindra belakangan terus melempar sindiran ke Mega lantaran dinilai mengingkari komitmen 'Batu Tulis' tahun 2009 silam. Di setiap kampanye capres Gerindra, Prabowo juga menyebut capres boneka, pemimpin mencla-mencle, untuk menggambarkan rendahnya komitmen Jokowi yang tak menuntaskan tugas 5 tahun di DKI.
Berikut puisi lengkap Fadli Zon berjudul 'Air Mata Buaya':
Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya
(trq/van)