"Seperti saudara ketahui, fokus saya adalah di sektor pertanian. Strategi saya, strategi dorongan besar, adalah mengenai menggunakan pertanian sebagai lokomotif penggerak ekonomi Indonesia," kata Prabowo menjawab pertanyaan detikcom melalui email, Selasa (25/3/2014).
Selain soal ekonomi, dalam wawancara bagian ketiga ini Prabowo juga memaparkan visinya untuk membuat Indonesia unggul di dunia internasional. Eks Danjen Kopassus ini juga bicara soal kiat-kiat menjaga keutuhan bangsa.
Berikut wawancara detikcom dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, bagian ketiga:
1. Menurut parpol anda, apa langkah yang harus diambil oleh Indonesia sehingga bisa unggul dalam persaingan internasional dan tak diremehkan negara tetangga?
Kalau dulu penjajahan datang dengan fisik secara brutal, kondisi sekarang mungkin lebih sulit. Penjajahan sering tidak terlihat. Tidak membawa tentara, tidak membawa kapal perang - walau di ujungnya ancaman itu selalu ada. Intimidasi, penekanan, dominasi, dan penguasaan bentuknya mungkin lain sekarang. Para penjajah menyogok pejabat-pejabat kita, memengaruhi para intelektual kita, mengadu domba suku-suku kita dan agama-agama kita ala politik divide et impera.
Ini semua masih terus berlaku. Mereka yang tidak mau belajar sejarah akan dihukum oleh sejarah, dengan mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan oleh pendahulunya. Kita harus ingat akan hal tersebut.
Karena itu saya prihatin kalau mendengar orang-orang pintar sekarang, meremehkan kata-kata seperti nasionalisme. Sungguh menyedihkan kalau ada tokoh masyarakat yang mengatakan nasionalisme itu tidak perlu lagi di zaman sekarang. Ada juga orang-orang pintar, bahkan saya pernah dengar seorang doktor mengatakan bahwa sekarang perbatasan sudah tidak berlaku. Saya geleng-geleng kepala, alangkah naifnya doktor tersebut. Kenapa Ia begitu mudah terbuai oleh ajaran-ajaran, dan pandangan-pandangan yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang saat ini sedang mendominasi dunia.
Kita akui, bahwa ada peradaban-peradaban yang sekarang mendominasi dunia. Kita juga perlu belajar dari mereka. Mereka juga banyak keberhasilan. Kita dalam hati memang kagum kepada keberhasilan mereka. Kita ingin negara kita dan rakyat kita meniru, menyusul serta mengejar pencapaian-pencapaian mereka. Akan tetapi hendaknya janganlah kita terlalu naif, sifat manusia (human nature) tidak jauh berbeda. Maka itu selalulah kita rajin belajar sejarah.
Teknologi boleh berubah, ilmu sains terus berkembang, kerumitan peradaban terus bertambah, tetapi sifat manusia, human nature, tidak berubah. Hasrat satu kaum untuk mendominasi kaum lain, hasrat satu bangsa untuk ingin menekan bangsa lain, tidak atau belum hilang. Sifat keserakahan, sifat ingin berkuasa dan menjajah orang lain dan bangsa lain masih tetap bertahan di dunia kita. Kadang-kadang caranya lebih santun, dibungkus dengan bahasa dan teknik yang lebih halus, tetapi di ujungnya kepentingan diri dan kepentingan bangsanya akan selalu menjadi motivasi utama dalam menjalankan hubungan dengan bangsa atau pihak lain.
Karena itu saya merasa sungguh aneh, bangsa-bangsa lain boleh patriotik, boleh nasionalis, boleh mengutamakan kepentingan nasional mereka. Kalau bangsa Indonesia, kok tidak boleh? Kuncinya adalah di nasionalisme dan produktivitas.
Jika kita mau unggul dan tidak diremehkan, kita harus dapat meningkatkan produktifitas bangsa Indonesia. Kita ingin menjadi bangsa yang produktif bukan bangsa yang hanya konsumtif. Kita ingin jadi bangsa yang menghasilkan, bangsa yang bisa bikin mobil, bikin motor, tidak hanya beli mobil dan motor seperti sekarang ini. Kita harus menjadi bangsa yang tidak hanya bisa impor pangan.
2. Apa konsep yang parpol anda tawarkan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam ekonomi? Sistem ekonomi apa yang dipandang cocok untuk Indonesia?
Sudah bertahun-tahun saya mengatakan bahwa di Indonesia ini terdapat paradoks, terdapat kondisi janggal. Sudah sejak delapan tahun saya ungkapkan keadaan yang saya namakan βparadoks Indonesiaβ, bangsa yang kaya tetapi rakyatnya miskin. Menurut pendapat saya, kemiskinan ini tidak perlu terjadi apabila para pemimpin yang menguasai pemerintahan melakukan kebijakan-kebijakan yang berdasarkan kepentingan nasional dan kepentingan rakyat serta didasarkan atas akal sehat.
Sistem ekonomi kapitalis tak terkendali, atau sistem kapitalis murni tidak mungkin membawa kesejahteraan kepada rakyat banyak. Ujung dari sistem kapitalis murni atau laisse-faire capitalism juga neoliberalisme adalah konsentrasi kekayaan bangsa kepada segelintir keluarga saja. Sebaliknya, kita juga sadar bahwa sosialisme murni sangat sulit tercapai.
Kondisi kemasyarakatan yang sama rasa, sama rata, yang semuanya harus mendapat penghasilan yang sama tidaklah memungkinkan. Karena itu kalau kita rasional, kalau kita pakai akal sehat, kalau kita ingin belajar dari sejarah, kita akan sadar bahwa para pendiri bangsa Indonesia adalah pribadi-pribadi yang realistis, bijak, dan melihat jauh ke depan.
Mereka telah mengalami penjajahan. Mereka telah mengalami penderitaan imperialisme yang tidak lain adalah perpanjangan tangan dari kapitalisme. Mereka telah merasakan penderitaan rakyat yang begitu dahsyat. Kelaparan di mana-mana. Sebuah kondisi di mana rakyat terpaksa mengenakan pakaian dari karung goni.
Akibat dari pengalaman merekalah, mereka merumuskan sebuah rancangan ekonomi bangsa yang terkandung dalam UUD 1945, sebuah rancangan yang pada hakekatnya adalah ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang berdasarkan UUD 1945. Bahkan beberapa negara barat pun sudah sependapat dengan paham ekonomi ini. Mereka menyebutnya: βthe third wayβ. Presiden AS Barack Obama pun sekarang sesungguhnya berusaha menjalankan sebuah kebijakan ekonomi campuran. Sebuah sistem mixed economy.
Inilah yang saya usung. Kita ambil yang terbaik dari kapitalisme, kita ambil yang terbaik dari sosialisme. Itulah yang harus kita jalankan. Kita perlu belajar dari Barat, dan kita juga perlu belajar dari Japan Inc, Korea Inc, dan China Inc.
3. Bagaimana kebijakan moneter yang parpol anda tawarkan? Beranikah anda katakan tidak pada tawaran pinjaman dari pihak asing?
Demokrasi kita sedang dibajak dan sedang dirusak oleh iklim kleptokrasi, oleh berkuasanya maling-maling sebagai pejabat negara. Ini adalah kondisi nyata yang kita dapat rasakan bersama. Kita negara besar, terbesar keempat dalam jumlah penduduk, ke-16 dalam besaran ekonomi, yang merasakan angka pertumbuhan ekonomi 6,5 persen. Semua ini angka-angka yang mengagumkan, tetapi nyatanya kita besar karena konsumsi bukan karena produksi. Kita tumbuh karena ekstraksi sumber alam kita. Bangsa lain melirik Indonesia hanya untuk mengambil sumber alam kita dan pangsa pasar kita yang besar.
Akan tetapi, kita tidak boleh timbul kebencian kepada orang asing. Kita tidak boleh bersikap anti asing. Kita harus berkaca kepada diri kita sendiri. Justru kita harus mawas diri, introspeksi, introspeksi, dan introspeksi. Kita harus berani melihat kelemahan kita, penyakit-penyakit yang ada di badan kita, baru kita bisa kuat, baru kita bisa bangkit
Saat ini negara kita mengalami sebuah kebocoran anggaran negara yang luar biasa. Jumlahnya sekitar Rp. 1.160 triliun setiap tahunnya. Angka ini adalah hasil dari tiga hal: Kehilangan potensi penerimaan pajak sebesar Rp. 360 triliun, kebocoran anggaran negara (APBN) sebesar Rp. 500 triliun, dan anggaran negara untuk subsidi energi sebesar Rp. 300 triliun.
Saat ini pendapatan pajak kita berbanding dengan produk domestik bruto ada di angka 12,3 persen. Kalah dari Malaysia yang 15,5 persen, Thailand yang 17 persen, bahkan oleh Zambia, negara di benua Afrika, yang berhasil memungut 16,1 persen dari PDB-nya untuk kas negara. Jika kita dapat meningkatkan jumlah pemungutan pajak kita, setidaknya sama dengan apa yang mampu dilakukan oleh Zambia, maka pendapatan anggaran negara dari pajak akan meningkat Rp. 360 triliun dari jumlah yang sekarang yang berjumlah sekitar Rp. 1.200 triliun.
Untuk dicatat, disini saya tidak bicara mengenai peningkatan besaran pajak, tetapi peningkatan besaran pemungutan pajak. Banyak pajak kita bocor di proses pemungutannya. Kita telah buktikan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah pendapatan pajak meningkat signifikan β 21% dari tahun sebelumnya β dengan menerapkan proses pemungutan pajak secara online.
Mengenai kebocoran anggaran belanja negara yang saya taksir di angka Rp. 500 triliun, adalah hasil penelusuran tim saya akan kebocoran-kebocoran anggaran belanja negara yang saat ini hampir Rp. 2.000 triliun. Artinya, sekitar 25 persen dari anggaran belanja tidak sampai ke tujuan atau terjadi penggelembungan angka dari nilai kewajaran.
Hal ini dikonfirmasi oleh hasil temuan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama, saat ia menelusuri anggaran daerahnya yang ditinggalkan oleh pendahulunya. Ia mampu memangkas 25 persen dari total anggaran, tanpa mengurangi jumlah layanan dan kualitas layanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Terakhir, mengenai anggaran untuk subsidi energi β termasuk diantaranya subsidi bahan bakar dan listrik yang saya nilai salah kaprah. Sudah bertahun-tahun bahkan mungkin lebih dari belasan tahun, saya ingatkan bahwa sistim ekonomi kita rapuh. Saya katakan bahwa tanpa strategi yang tepat, dikarenakan sumber energi BBM kita menipis, dan tren harga BBM dunia yang terus naik, beban subsidi BBM pada ekonomi kita dapat menjadi sangat berat.
Untuk itu, sebagaimana saudara ketahui, saya menganjurkan suatu strategi yang saya namakan strategi dorongan besar. Strategi untuk membuka lahan-lahan produksi untuk tanaman-tanaman yang bisa menghasilkan bioethanol atau bahan bakar nabati (BBN) yakni singkong, aren, tebu, jagung, kemiri dan lain sebagainya.
Bayangkan dengan uang tunai Rp. 1.000 triliun per tahun yang selama ini bocor, kita bisa belanjakan untuk langsung melunasi dalam satu tahun tanpa perlu pinjaman asing (diantaranya): Pembangunan jalan tol Jakarta β Surabaya, pembangunan jalan tol trans Sumatera, pembangunan jalur kereta api trans Sumatera, pembangunan jalur kereta api trans Sulawesi, pembangunan kawasan pangan (food estate) sebesar satu juta hektar untuk memproduksi 15 juta ton padi setahun, dan percepatan pembangunan desa dengan anggaran Rp. 1 milyar per desa. Itupun belum habis uangnya.
4. Negara plural seperti Indonesia sangat rentan dengan disintegrasi. Bagaimana seharusnya langkah yang diambil untuk mengurangi konflik di daerah-daerah guna menjaga persatuan dan kesatuan di Indonesia?
Bicara mengenai besarnya dan beragamnya bangsa Indonesia, menekankan betapa pentingnya ada pemerintahan yang bersih. Dengan pemerintahan yang tidak bersih, tidak efisien, akan berujung kepada kebocoran kekayaan negara terlalu besar. Dengan kebocoran yang terlalu besar, akhirnya jasa-jasa yang paling dasar, yang dibutuhkan oleh suatu negara modern tidak bisa tersedia. Kebutuhan air bersih saja untuk rakyat banyak tidak bisa disediakan oleh pemerintah di banyak tempat di Republik kita.
Apakah kita heran kalau terjadi pertikaian dan kerusuhan antara suku dan antara desa, bisa cepat menjalar menjadi kerusuhan yang menghilangkan banyak nyawa? Karena terus terang saja sering aparat pemerintahan tidak dapat menunjukkan kehadirannya di banyak tempat di Indonesia. Reaksi pemerintah sering terlambat karena memang sistem yang dibangun oleh suasana demokrasi liberal ala menyontek dari barat telah menambah tidak efisiennya dan tidak efektifnya pemerintahan kita.
5. Menurut Anda, sektor-sektor apa saja di negara ini yang masih kurang baik dan butuh diperbaiki?
Negara kita disebut sebagai negara agraris. 100 juta orang Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Tetapi bangsa kita yang tiga perempat terdiri dari laut sekarang mengimpor ikan asin, ikan teri dan ikan patin. Bangsa kita yang terdiri dari tiga perempat laut juga sekarang mengimpor garam. Bangsa kita yang sudah ratusan tahun punya jutaan hektar sawah juga sekarang mengimpor beras, gula, bawang, cabai, singkong, daging, dan susu.
Seperti saudara ketahui, fokus saya adalah di sektor pertanian. Strategi saya, strategi dorongan besar, adalah mengenai menggunakan pertanian sebagai lokomotif penggerak ekonomi Indonesia. Pertanian untuk menghasilkan pangan, dan pertanian untuk menghasilkan energi.
Sebagai perbandingan, strategi ini telah berhasil dilaksanakan dengan sukses oleh negara-negara lain. Brazil adalah contoh yang paling berhasil. Sudah hampir, atau mungkin sekarang sudah lebih dari setengah dari kebutuhan BBM Brazil dipenuhi dari bioethanol. Karena itu, saat ini ekonomi Brazil dapat kuat dan rakyatnya hidup dengan baik. Dengan strategi yang tepat, bangsa kita bisa seperti Brazil dan tidak perlu lagi memikirkan harga BBM karena kita memiliki produksi BBN pengganti BBM yang berlimpah.
Sebagai catatan: Untuk membuka lahan produktif untuk memproduksi pangan dan bioethanol kita membutuhkan investasi kurang lebih Rp. 50 juta untuk satu hektar.
Berdasarkan perhitungan tim saya, jika Pemerintah berani menghapus subsidi BBM maka akan membuka kemampuan untuk memberikan subsidi langsung hampir 300 triliun rupiah. Jika dari angka 300 triliun rupiah ini kita gunakan 100 triliun rupiah, atau 10 milyar dolar saja untuk mencetak lahan produktif β berarti kita bisa mencetak dua juta hektar lahan produktif.
Jika keseluruhan dari dua juta hektar lahan produktif ini kita tanam singkong, kita bisa hasilkan 125 juta barel bioethanol setiap tahun. Jumlah ini sudah 25 persen dari kebutuhan BBM nasional. Dengan teknologi yang tepat, saya yakin kita bisa tingkatkan produksi sampai memenuhi 50 persen kebutuhan nasional. Dengan mencetak lagi lahan produktif, kita bisa memenuhi seluruh kebutuhan BBM nasional dari singkong.
Ini hanya sekedar bayangan bahwa kalau kita memiliki strategi yang tepat, kalau kita benar-benar melaksanakan ekonomi kerakyatan, kita tidak saja bisa mengurangi beban impor BBM - kita dapat hasilkan sendiri semua BBM yang kita butuhkan, sekaligus kita bisa ciptakan lapangan kerja yang cukup masif bagi rakyat kita. Uang yang sangat banyak dapat berputar di rakyat kita yang paling miskin.
6. Dan pertanyaan pamungkas, seperti apa bangunan koalisi yang disiapkan untuk Pilpres 2014, dan siapa capres yang akan diusung partai Anda? Apa pertimbangannya dan apakah yakin mampu berbuat banyak untuk Indonesia?
Seperti saudara ketahui, pada KLB bulan Maret 2012 lalu Partai Gerindra telah memberikan mandat kepada saya untuk maju sebagai calon presiden di Pilpres 2014. Bentuk koalisi di Pilpres 2014 tentu baru dapat saya putuskan setelah hasil Pileg 2014 diumumkan. Namun pada prinsipnya, saya terbuka untuk bekerja sama membangun bangsa Indonesia. Saya sampaikan dimana-mana, bersatu bukan berarti tidak bersaing. Berbeda partai bukan musuh. Untuk menang, harus bekerjasama.
Saya yakin, saya optimis dapat mewujudkan suatu perobahan besar. Prinsip-prinsip yang saya telah sampaikan kepada saudara, program-program saya yakini, saya dapatkan dari pemahaman di lapangan, dari pencerahan yang saya terima karena terlibat langsung dalam berbagai interaksi bangsa dan negara.
(trq/van)











































