Black Box Seperti Inilah yang Dicari Tim SAR MH370 di Samudera Hindia

Black Box Seperti Inilah yang Dicari Tim SAR MH370 di Samudera Hindia

- detikNews
Selasa, 25 Mar 2014 11:48 WIB
FDR (atas) dan CVR (bawah) (Foto: Nograhany WK/detikcom)
Jakarta - Malaysia Airlines (MAS) MH370 sudah dinyatakan jatuh di Samudera Hindia bagian selatan. Namun penyebab jatuhnya masih misterius. Satu-satunya kunci memecahkan misteri memang harus mencari dan mengangkat black box pesawat dari kedalaman Samudera Hindia. Seperti ini penampakan kotak hitam yang berwarna oranye itu dan seluk beluknya.

Pada 2007, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang kala itu menyelidiki jatuhnya AdamAir, menjelaskan tentang seluk beluk black box. Kotak hitam seperti itulah yang kini sedang dicari di Samudera Hindia.

Berdasar arsip detikcom, saat itu KNKT memperlihatkan 2 jenis black box seperti pada foto di atas. 2 Jenis itu adalah Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR).

Keduanya terdiri dari tiga bagian:

1. Kotak yang menghubungkan black box dengan instrumen yang akan direkam.
2. Kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip.
3. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.

Dalam model black box seperti gambar di atas, CVR berukuran 30 x 12,5 cm. Alat ini untuk merekam percakapan pilot, kopilot, pilot dengan ATC, serta para awak pesawat. Sedangkan yang satunya bernama Flight Data Recorder (FDR) berukuran lebih panjang, 49 x 12,5 cm. Alat ini merekam data-data teknis pesawat seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, auto pilot dan lain-lain. Ada 5 sampai 300 parameter data penerbangan yang direkam dalam black box ini.

Durasi perekaman untuk CVR adalah 30 menit. Maksudnya setiap 30 menit data percakapan akan terhapus dan diganti dengan yang baru secara otomatis. Sedangkan FDR mempunyai durasi rekaman hingga 25-30 jam. Artinya setelah 25-30 jam, data akan terhapus dengan sendirinya. CVR dan FDR ini akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan.

Saat detikcom berkunjung ke laboratorium KNKT pada tahun 2012 di Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, analis black box KNKT Nugroho Budi menjelaskan CVR memiliki 4 saluran. Saluran 1 terhubung dengan pengeras suara yang biasa digunakan pramugari kepada penumpang. Saluran 2 dari kokpit, saluran 3 dari pilot yang terhubung dengan air traffic controller (ATC), dan saluran 4 merekam seputar kokpit (misalnya mesin yang berisik atau hujan). Singkatnya CVR adalah perekam yang dihubungkan dengan sistem audio.

"CVR dan FDR diletakkan di bagian pesawat yang paling aman yaitu di ekor pesawat. Di ekor karena kalau ada apa-apa dia tidak frontal. Sudah ada studi bahwa area yang paling aman adalah bagian ekor pesawat," terang Budi.

Nah, jika black box ini jatuh ke laut, karena ada ULB maka posisinya bisa terdeteksi. ULB ini merupakan transmiter yang akan memancarkan gelombang akustik untuk memudahkan pendeteksian.

Black box sengaja didesain untuk tahan air, tahan benturan, dan tahan panas. Benda ini bisa tahan air sampai dengan 2 bulan. "Tahan panas bisa sampai 1.000 derajat, tapi dalam waktu terbatas, tidak terus menerus seribu derajat. Kalau black box rusak itu artinya rusak luarnya. Memorinya tidak," terang Budi.

Black box yang kondisinya rusak ditemui pada kondisi black box Sukhoi Superjet 100 yang ditemukan di Gunung Salak yang ditemukan Kopassus di ketinggian 100 meter. Black box itu ditemukan pada bagian ekor pesawat, dalam keadaan berwarna hitam gosong karena terbakar. Namun seperti keterangan Budi, memori atau alat perekam dalam kotak hitam itu aman.

Kenapa berwarna oranye? Warna itu sudah merupakan standar yang telah ditetapkan International Civil Aviation Organization (ICAO/Organisasi Penerbangan Sipil Internasional). Selain itu, warna oranye ngejreng dimaksudkan agar mencolok mata untuk memudahkan pencarian bila pesawat mengalami insiden atau kecelakaan di medan atau lokasi sulit.

"Black box adalah sesuatu yang hitam, diartikan sesuatu yang mengandung misteri. Kenapa warnanya oranye? Karena itu yang paling mencolok di mata. Warnanya tidak kamuflase," kata Budi yang ditemui detikcom pada Selasa (15/5/2012) lalu.

Membaca Black Box

Tidak sembarang orang bisa mengakses data black box. Bahkan pilot pun tidak boleh mengaksesnya. Demikian halnya dengan orang KNKT pun tidak boleh asal.

Data yang diperoleh dari rekaman atau memori black box lantas ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila data tersebut berupa percakapan. Kemudian data bisa divisualkan dengan animasi melalui software, yang seperti Insight View. Dengan demikian bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan.

Berapa lama sih membaca black box? "Kalau download datanya paling satu jam. Tapi yang lama adalah analisisnya. Tidak bisa dipatok karena harus seteliti mungkin. Tergantung kerumitan pesawat juga, kan pesawat juga macam-macam. Ada yang sederhana, ada yang modern. Kalau makin modern akan lebih banyak parameter yang direkam dan harus dibaca. Tapi ada standar pada dasarnya," tutur Budi.

Membaca kotak hitam ini, bukan tanpa kesulitan. Jenis pesawat yang berbeda-beda memiliki konfigurasi kotak hitam yang berbeda-beda pula.

"Kesulitannya, karena pesawat itu beda-beda. Dari Boeing, Airbus, beda konfigurasi. Misal kita analisa punya Boeing, ya kita harus pakai software dan database Boeing. Jadi kita harus kontak pabrikan Boeing," imbuhnya.

Laboratorium KNKT sendiri sudah diresmikan pada 17 Agustus 2009 lalu, bertepatan dengan HUT RI yang ke-64. Saat itu KNKT masih di bawah Kemenhub yang dipimpin Jusman Syafii Djamal. Dalam laboratorium ada dua alat baca yang sesuai dengan jenis black box yang terdiri dari pembaca flight data recorder (FDR) dan pembaca cockpit voice recorder (CVR).

"Alat ini ada yang beli sendiri dari Kanada dan ada yang bantuan dan hasil kerjasama dengan Jepang," jelas Nugroho Budi, investigator dan analis kotak hitam di KNKT kepada detikcom.

Berdasarkan data detikcom, FDR didatangkan dari Kanada, sedangkan CVR dibeli di Australia. Pengadaan alat software itu memakan dana sebesar US$ 250 ribu. Sementara hardware-nya berasal dari hibah negara Jepang seharga US$ 300.000.

"Laboratorium ini kurang lebih sudah membaca sekitar 20-an black box yang kita analisa. Baik cockpit voice recorder maupun flight data recorder. Baik yang sudah rusak ataupun yang masih bagus kondisinya," papar Budi. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas operatornya, imbuh Budi, Australia menjadi tempat pendidikannya.


(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads