"Ini isu sensitif, bagaimana pun orang menilai tidak lepas dari informasi sebelumnya tentang gaya hidup beliau, kepemilikan harta yang memang di luar ekspektasi," kata anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari kepada wartawan, Jumat (20/3/2014).
Sebelumnya publik juga baru mengetahui jika Nurhadi memiliki rumah di kompleks elite di Kebayoran Baru. Selain itu disebut-sebut dia merenovasi kantornya hingga Rp 1 miliar. Dalam sebuah kesempatan, Nurhadi menyatakan kekayaannya dari bisnis usaha walet. Nurhadi sendiri bersama istrinya, Tin Zuraida, sama-sama PNS di MA yang meniti karier sejak akhir 80-an.
"Sentimen masyarakat memang tinggi terhadap isu integritas di MA sehiggga sudah menjadi stigma. Dalam situasi demikian, sepatutnya semua pejabat publik berendah hati, tidak menunjukkan gaya hindup yang paradoks. Antikorupsi tapi bermewah diri sehingga iPod memicu perdebatan publik," ujar Eva.
Kepada para hakim agung, Nurhadi menjelaskan, sebanyak 2.500 unit iPod untuk suvenir kawinan dibeli oleh menantunya langsung dari Amerika Serikat pada Juli 2013 lalu. Gadget keluaran Apple ini dimpor lewat jalur Singapura sebelum akhirnya berlabuh ke Surabaya. iPod ini lalu dibagi-bagikan sebagai cinderamata pesta pernikahan di Hotel Mulia akhir pekan lalu.
"Sensitiflah, karena pejabat publik selain jadi panutan juga jadi sorotan," tegas Eva.
Hal senada juga disampaikan Ketua KPK Abraham Samad. Samad mewanti-wanti Nurhadi. Bagaimanapun juga posisi Nurhadi adalah penyelenggara negara. Karenanya patut menjaga diri, mata masyarakat akan terus menyorot.
"Hikmah yang harus dipetik seharusnya para pejabat tidak mempertontonkan kemewahan. Kemewahan itu adalah sikap menyimpang yang dapat membuat orang ke arah perilaku koruptif," kata Samad.
Wartawan terus mencoba mengklarifikasi hal tersebut ke Nurhadi. Namun sejak pernikahan anaknya, Nurhadi tidak bisa ditemui di kantornya. Adapun Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur menyatakan hal tersebut merupakan masalah pribadi Nurhadi.
(asp/nrl)











































