detikcom dan beberapa media, atas undangan Bank Indonesia, sempat berkunjung ke Keraton Kesultanan Ternate pada Jumat (14/3/2014) lalu.
Keraton ini cukup luas, dengan latar belakang Gunung Gamalama, dan alun-alun serta pantai di depannya, Keraton Kesultanan Ternate kini menjadi aset budaya yang berharga di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate. Di sebelah Keraton, masih dalam satu kompleks, ada Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate.
Mengenai mahkota keramat, Ai, sopir yang memandu beberapa wartawan yang juga warga Ternate, menceritakan tentang mahkota Sultan yang keramat.
"Mahkota itu ada rambutnya yang bisa tumbuh. Tiap tahun saat Idul Adha rambutnya dipotong. Mahkotanya bisa jalan itu, kalau memilih sultan, bisa memilih sendiri," kata Ai yang mendapatkan cerita itu dari orang tuanya.
Cerita itu sudah menjadi cerita lisan turun temurun di kalangan warga Ternate. Mahkota itu menjadi legenda.
Mahkota itu sendiri, menurut Ai, hanya dipakai pada peristiwa yang sangat istimewa, pada upacara atau ritual adat tertentu.
Detikcom dan beberapa wartawan lain berkesempatan masuk ke dalam Keraton Kesultanan Ternate, saat Dewan Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara bertamu kepada Sultan Mudaffar Syah dan Boki Ratu Nita Budhi Susanti.
Sultan berkenan menunjukkan mahkota keramat itu pada para tamunya, yang disimpan dalam kotak kaca dengan rangka kayu berukuran 50 cm kubik. Atas kotak itu diselimuti kain putih, disimpan di satu kamar yang dinamakan 'Kamar Puji'. Bau harum dupa menyeruak dari kamar itu. Ada seorang lansia berbaju koko dan berpeci putih serta bersarung, berusia sekitar 70 tahun yang menjaga di dalam kamar itu.
"Tak semua orang boleh masuk, hanya Sultan dan satu penjaga kamar itu saja yang boleh," kata Jugugu (Perdana Menteri) Kesultanan Ternate HM Mustafa yang sudah mengabdi 40 tahun ini.
Mustafa mengatakan mahkota itu terdiri dari emas, perak, intan dan bebatuan berharga lainnya. Bila ditaksir, mahkota itu tidak ternilai harganya.
Dia juga membenarkan bahwa mahkota itu ada rambutnya yang tumbuh di bagian belakangnya. "Setiap Idul Adha dipotong, ada ritualnya," jelas Mustafa.
Mahkota itu menurutnya, sudah dikenakan sejak Sultan Ternate pertama.
Apakah benar mahkota itu bisa berjalan sendiri memilih calon Sultan?
"Dulu mahkota ini pernah mau dibawa ke Belanda. Tapi sampai Jakarta dia hilang, dan ada di sini. Dia (mahkota) itu tak mau ke mana-mana tampaknya, maunya di sini. Apakah itu bisa jalan sendiri? Ya percaya tidak percaya, Wallahualam," tutur Mustafa.
Sementara untuk memilih Sultan, mahkota itu juga memberikan pertanda, mahkota tidak akan cukup untuk dipakai di kepala bakal calon sultan yang tidak cocok atau tidak direstui.
"Kalau tidak direstui, pernah ada yang sampai jatuh memakai mahkota ini," tuturnya.
Mustafa sendiri tidak tahu persis dari mana mahkota itu berasal. Menurut riwayat yang dia dengar, mahkota itu berasal dari zaman Nabi Nuh atau Nabi Musa.
"Kami justru dapat literatur mahkota ini dari Turki. Katanya ini sepasang dengan tongkat Nabi Musa yang disimpan di Museum Turki. Ada yang bilang ini milik Nabi Nuh. Wallahualam," tuturnya.
Sultan, lanjut dia, bila ingin mencari solusi masalah di Ternate, dia selalu berdoa di dalam Kamar Puji tempat mahkota itu disimpan.
Di sekitar Kamar Puji kini, benda-benda peninggalan Kesultanbanan tenate disimpan. Ada senjata, helm perang, baju adat, hingga foto-foto Sultan Ternate terdahulu.
Sementara Sultan Mudaffar Syah menjelaskan pada wartawan tentang 2 kata nama kuno Ternate yang terpampang pada lambang Kesultanan, 2 burung garuda dengan hati terbalik, 'Limau Gapi'.
"Itu nama kunonya Ternate, Limau berarti negara, Gapi berarti puncak tertinggi," kata Sultan Mudaffar.
Sultan Mudaffar mengatakan dalam waktu dekat di Ternate, tepat di lapangan depan Keraton akan diadakan pesta rakyat, Festival Legugam.
"Artinya ya pesta rakyat. Dihadiri seluruh perwakilan budaya di Maluku Utara. Ada 27 etnik di Maluku Utara, di lapangan depan itu yang kita reklamasi," kata Sultan Mudaffar.
Festival tahunan itu biasanya diadakan tiap tanggal 1 April, namun karena saran dari jajaran Muspida demi keamanan Pemilu, maka penyelenggaraan diundur jadi 13 April.
Selain kebudayaan, Sultan Mudaffar juga memperhatikan pendidikan di Ternate. Dia ingin kurikulum sekolah tak hanya duduk di kelas, melainkan belajar di alam yang disesuaikan dengan lingkungan warganya.
"Kalau dekat pantai, ya belajar di pantai tentang perikanan," ujar pria yang akan maju sebagai caleg DPD untuk kedua kalinya ini.
(nwk/try)